Bisnis.com, LONDON - Parlemen Inggris telah menegaskan dukungannya bagi keputusan Perdana Menteri Theresa May untuk melancarkan serangan udara terhadap Suriah di samping Amerika Serikat dan Prancis, kata juru bicaranya, Selasa (17/4/2018).
Pada Senin (16/4/), Mei membela keputusannya untuk mem-bypass parlemen dengan keputusannya untuk bergabung dengan tindakan sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas yang ia tuduhkan pada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sebelumnya, Parlemen Inggris menyatakan kekecewaannya atas keputusan PM Inggris Theresa May untuk ikut menyerang Suriah.
Kecaman diarahkan kepada May yang memerintahkan serangan militer ke Suriah bergabung dengan pasukan AS dan Prancis tanpa meminta persetujuan parlemen.
Putin Telepon Macron Peringatkan Soal Serangan Suriah
Serangan AS ke Suriah Disebut \'Pembunuhan Bangsa\'
Inggris Klaim Serangan ke Suriah Sah
Keputusan untuk menyerang Suriah itu didasarkan pada dugaan penggunaan racun kimia oleh rezim Bashar al-Assat terhadap kelompok pemberontak.
Beberapa jam setelah empat pesawat tempur jenis Tornado GR4 meluncurkan rudal Storm Shadow di basis militer Suriah yang berada 15 mil arah barat kota Homs, yang diduga merupakan tempat penyimpanan senjata kimia, May menyampaikan alasan serangan itu.
Menurutnya, serangan tersebut dilakukan dengan alasan kemanusiaan.
Setelah mendapat penjelasan dari penasihat milternya di kantor perdana menteri, May menyatakan yakin pihaknya berhasil.
Dalam sebuah konferensi pers, May mengatakan bahwa keputusan serangan diambil setelah data intelijen menunjukkan rezim Assad bertanggung jawab atas penggunaan gas kimia.
Akibat serangan gas beracun di Douma, sedikitnya 75 orang dilaporkan tawas beberapa waktu lalu.
Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menuduh May hanya “mengekor kepada Amerika Serikat” dan menegaskan bahwa Perdana Menteri harus minta izin parlemen sebelum mengambil tindakan.
“Bom tidak akan menyelamatkan nyawa atau membawa perdamaian,” ujarnya sebagimana dikutip Theguardian,com, Minggu (15/4/2018).
Bahkan sejumlah anggota Partai Buruh mempertanyakan mengapa keputusan itu buru-buru diambi di saat para anggota parlemen masih libur.