Kabar24.com, JAKARTA - Konfrontasi langsung antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia semakin dekat setelah pernyataan Presiden Donald Trump yang akan segera mengambil tindakan tegas atas serangan gas kimia di Suriah ditanggapi Rusia dengan menyatakan akan membalas setiap serangan militer AS ke wilayah itu.
Trump bertemu sejumlah jenderal di ruang kabinet Gedung Putih kemarin malam untuk membahas isu-isu pertahanan. Secara khusus, Trump menyatakan para jenderal sepakat untuk membalas serangan gas kimia di Douma.
Douma merupakan wilayah yang dikuasai oleh pemberontak di pinggiran kota Damaskus.
Serangan gas beracun itu telah menewaskan 40 orang termasuk wanita dan anak-anak selain ratusan lainnya cidera sebagaimana dikutip Theguardian,com, Selasa (10/4/2018).
AS dan sekutunya menuduh rezim Bashar al-Assad yang melakukan serangan itu. Sedangkan Trump sendiri menuduh Vladimir Putin berada dibalik serangan yang dilakukan Assad.
Rusia mengklaim tidak ada senjata kimia digunakan di Douma. Jika ada maka senjata itu justru digunakan oleh pemberontak yang mendapat dukungan dari negara Barat.
Baca Juga
“Jadi kita akan membuat Keputusan malam ini, dalam waktu yang sangat cepat,” ujar Trump didampingi penasihat keamanannya yang baru, John Bolton.
Dia menambahkan bahwa AS memiliki banyak opsi, termasuk opsi militer dan akan segera mengumumkannya. Pertemuan itu berakhir kurang dari satu jam.
Ketegangan juga berlangsung dalam sidang Dewan Keamanan PBB antara delegasi AS dan delegasi Rusia.
Delegasi AS Nikki Haley mengecam Moskow yang mendukung rezim Bashar al-Assad, pemimpin Suriah. Dia menyebut Moskow sebagai “rezim Rusia yang tangannya berlumuran darah anak-anak Suriah.
Delegasi Rusia Vassily Nebenzia menyesalkan adanya ancaman kepada Rusia dan menyatakan tim investigasi Rusia tidak menemukan bukti serangan kimia di Douma. Dia menyebutkan serangan itu dilakukan justru oleh pemberontak yang didukung oleh AS.