Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China di WTO, Siapa Sebenarnya Menipu?

Tidak ada yang menyukai perang dagang hingga Presiden AS Donald Trump mulai memenangkan bantuan dari Eropa dan pebisnis elit global karena menempatkan praktik perdagangan China ke atas panggung.
Presiden China Xi Jinping/Reuters
Presiden China Xi Jinping/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Tidak ada yang menyukai perang dagang hingga Presiden AS Donald Trump mulai memenangkan dukungan dari Eropa dan pebisnis elit global karena menempatkan praktik perdagangan China ke atas panggung.

Investor dan ekonom yang menghadiri seminar Ambrosetti Spring pada 6-7 April 2018 di Italia, menyuarakan kekhawatiran terhadap ancam-mengancam dua ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China.

Sebagian dari mereka mendukung keluhan Trump yang menyatakan China telah melakukan praktik perdagangan yang tidak adil.

“Tarif impor untuk mobil adalah 2,5% di AS, 10% di Eropa, dan 25% di China. Jadi, siapa sebenarnya penipu di sini?” kata Davide Serra, Direktur Utama Algebris Investments, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (8/4/2018).

Adapun, China telah bersumpah pada Jumat (6/4/2018) untuk membalas tarif AS hingga akhir. Pernyataan itu dikeluarkan China setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan administrasinya untuk mempertimbangkan pemberian tarif tambahan sebesar US$100 miliar untuk produk impor asal Negeri Panda.

Sebelumnya, Anggota Eksekutif Dewan Gubernur ECB Benoit Coeure telah memperingatkan lewat skenario yang di dalamnya AS dan mitra dagangnya saling membalas tarif sebesar 10% untuk produk impor. Hasilnya adalah dampak negatif bagi perekonomian global dan merugikan AS dengan potongan 2,5% pertumbuhan Negeri Paman Sam di awal tahun.

“Saham China di dalam output dunia sangat besar dan harus diperhatikan karena ketidakpastian dari negara itu bisa berdampak bagi seluruh dunia,” ujar Direktur JPMorgan Chase International, Jacob Frenkel.

Di tengah-tengah itu semua, Eropa tampaknya akan tampil sebagai penengah. Seperti yang disampaikan oleh Heiner Flassbeck, profesor ternama di Hamburg University dan mantan pejabat pemerintahan Jerman, bahwa Eropa harus meningkatkan kekuatannya.

“Setidaknya Trump memiliki poin bagus, karena banyak negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengannya (termasuk Jerman) dan ini tidak normal untuk perdagangan bebas,” ujarnya.

Wakil Kepala Komisi Uni Eropa, Valdis Dombrovskise mengungkapkan, perselisihan perdagangan tersebut harus diselesaikan di level multirateral alih-alih secara bilateral.

“Jika ada perselisihan perdagangan, dan akan selalu ada, selesaikan dengan Organisasi Dagang Dunia (WTO),” serunya.

Sebenarnya, AS dan China telah berulang kali mengajukan keluhan ke WTO untuk satu sama lain, lebih banyak dari negara-negara lain. Beijing telah memasukkan 11 keluhan terhadap Washington sejak bergabung dengan WTO pada 2001, sementara AS telah membuat 22 keluhan.

“Presiden Trump telah bermain sulit dengan menekan China menuju meja perundingan WTO untuk membicarakan kesepakatan lisensi teknologi AS [di China]. Jika kesepakatan dapat tercapai antara AS dan China lewat perundingan WTO, sangat mungkin proposal tarif [sebesar US$100 miliar] tidak akan diimplementasikan,” kata Rajiv Biswas, kepala ekonom Asia-Pasific di IHS Markit Ltd, Singapura. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper