Bisnis.com, JAKARTA -- Korea Selatan tengah mengawasi aksi balas membalas kebijakan perdagangan antara AS dan China.
Dilansir dari Reuters, Kamis (5/4/2018), Menteri Keuangan Korea Selatan (Korsel) Kim Dong Yeon mengatakan pihaknya mengawasi secara ketat pergumulan perdagangan antara kedua negara itu. Menurutnya, Korsel telah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi berbagai skenario ke depannya.
"Ada pembicaraan tidak resmi yang terjadi antara kedua negara [AS dan China] mengenai masalah perdagangan dan [Korsel] mengamati dengan seksama bagaimana situasinya akan terungkap," ujar Kim dalam sebuah konferensi pers.
Dia juga menyatakan tidak ada perubahan atas prinsip Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Korsel bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah halus untuk menstabilkan pasar valuta asing dalam menghadapi volatilitas yang tajam.
Negeri Ginseng, bersama dengan China, mampu menghindari label manipulator mata uang dalam laporan Kemenkeu AS yang dikeluarkan dua kali setahun, tapi tetap berada dalam daftar pemantauan mata uang.
Seperti diketahui, pada Maret 2018 Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif impor untuk produk baja dan aluminium termasuk yang berasal dari China. Masing-masing dikenakan tarif sebesar 25% dan 10%.
China kemudian membalas dengan menjatuhkan tarif untuk impor daging babi, buah, kacang-kacangan, dan wine tertentu yang berasal dari AS.
Pada Selasa (3/4) waktu setempat, Trump kembali menandatangani tarif impor atas 1.300 produk dari China. Tarif impor sebesar 25% diajukan atas sejumlah produk teknologi industri, transportasi, dan medis, dengan nilai mencapai US$50 miliar. Trump sebelumnya sudah beberapa kali menuding China mencuri kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.
Aksi kedua negara ini memunculkan kekhawatiran terjadinya perang dagang dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global.