Bisnis.com, JAKARTA -- AS mengungkapkan keinginan untuk bernegosiasi dengan China sebagai upaya menghindari perang dagang.
Penasihat ekonomi utama Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow, mengakui bisa saja berbagai penetapan tarif impor yang telah disampaikan AS tidak akan pernah dijalankan dan hanya merupakan taktik bernegosiasi.
"Ya, itu mungkin saja. Itu bagian dari proses," ujarnya, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (5/4/2018).
Menurut Kudlow, pengumuman kebijakan tarif impor oleh AS dan China merupakan sebuah proposal.
Dalam sebuah wawancara terpisah dengan Fox News Channel, dia menilai tarif impor tersebut bukanlah bentuk perang dagang dan memperkirakan nantinya akan ada negosiasi yang intens di antara kedua negara.
"Saya pikir kami akan mencapai kesepakatan tertentu. Saya meyakini China akan mundur dan ikut bermain," tambah Kudlow.
Terkait hal ini, Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan negosiasi menjadi pilihan utama bagi China.
"Negosiasi masih menjadi pilihan kami, tapi kedua pihak mesti bekerja sama. Kami akan melihat apa yang akan dilakukan AS," ungkapnya.
Kebijakan tarif impor kedua negara tidak langsung dijalankan. Selama dua bulan ke depan, AS akan meminta masukan dari publik dan melakukan konsultasi yang dibutuhkan.
Sementara itu, China baru akan menjalankan kebijakan tersebut jika AS mulai menerapkan tarif impor secara efektif.
Seperti diketahui, pada Maret 2018 Trump mengumumkan pengenaan tarif impor untuk produk baja dan aluminium termasuk yang berasal dari China. Masing-masing dikenakan tarif sebesar 25% dan 10%.
China kemudian membalas dengan menjatuhkan tarif untuk impor daging babi, buah, kacang-kacangan, dan wine tertentu yang berasal dari AS.
Pada Selasa (3/4) waktu setempat, Trump kembali menandatangani tarif impor atas 1.300 produk dari China. Tarif impor sebesar 25% diajukan atas sejumlah produk teknologi industri, transportasi, dan medis, dengan nilai mencapai US$50 miliar.
Trump sebelumnya sudah beberapa kali menuding China mencuri kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.
China kembali membalas dengan mengenakan tarif impor tambahan bagi 106 produk dari AS, di antaranya untuk kedelai, mobil, bahan kimia, pesawat terbang, dan jagung.