Bisnis.com, JAKARTA – Metode Tes Kognitif AJT mampu meghasilkan pengukuran tingkat kecerdasan kognitif anak yang lebih sahih karena memadukan unsur biologis, neurologis, dan budaya bermuatan asli Indonesia.
Hasil tes kecerdasan anak yang Anda dapatkan saat ini belum tentu mencerminkan kecerdasan yang sebenarnya, karena banyak mengadopsi parameter dari luar negeri.
Metode AJT bisa menjadi solusinya. Metode ini dikembangkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada bersama Yayasan Dharma Bermakna dan PT Melintas Cakrawala Indonesia.
Retno Suhapti, Project Manager AJT, mengatakan selama ini alat psikologi di Indonesia yang dapat mengungkap kemampuan kognitif anak masih terbatas, dan kebanyakan berasal dari luar negeri.
"Pembuauatan item-itemnya berbasis budaya Indonesia misalnya memakai gambar buah pisang atau monyet. Sehingga jangan sampai memakai gambar salju yang tidak semua anak Indonesia tahu," kata seperti dilansir Antara hari ini Rabu (4/4/2018).
Selain itu, lanjut dia, alat tersebut mampu mengukur profil kognitif lebih rinci karena menggunakan landasan teori yang kuat, yaitu teori Cattel-Horn-Carrol (CHC) dengan 28 sub test.
Teori CHC merupakan teori tentang kemampuan manusia yang paling komprehensif saat ini yang didukung oleh bukti emperis, serta mempertimbangkan aspek biologis, perilaku, dan neurologis.
Menurut dia, alat tes itu dapat digunakan untuk anak usia 5-18 tahun baik yang mengikuti pendidikan formal maupun yang tidak mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan.
"Ini juga akan menjadi alat tes komprehensif pertama yang mampu memetakan kemampuan kognitif anak berkebutuhan khusus," katanya.
Konsultan Psikometri dari Amerika Serikat (AS) Kevim McGrew mengakui bahwa Tes Kognitif AJT merupakan tes kognitif paling komprehensif di dunia karena banyak item yang akan diukur.
Dekan Fakultas Psikologi UGM Prof Faturochman mengatakan dengan membaca profil anak dari Tes Kognitif AJT, para guru atau orang tua dapat mengukur sekaligus memetakan kemampuan kognitif anak yang berbeda-beda.
Ia berharap alat itu dapat dimanfaatkan secara luas dengan menggandeng berbagai pihak seprti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, LSM, serta guru sekolah.
"Kami akan dapat mengadvokasi untuk anak-anak yang pinter dan yang masih kurang dengan metode pendidikan yang sesuai," kata Faturochman.
