Kabar24.com, JAKARTA - China meminta Amerika Serikat (AS) untuk menarik kembali memorandum pengenaan tarif hingga US$60 miliar terhadap produk-produk impor asal China.
Memorandum yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump, Kamis (22/3/2018) tersebut menjadi awal dari perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia ini. China tampil tidak takut terhadap tarif spesifik tersebut. Kementerian Perdagangan China menyatakan di dalam pernyataan bahwa China tidak berharap akan terjadi perang dagang.
“China tidak berharap berada di dalam perang dagang, akan tetapi kami tidak takut jika harus melakukannya,” pernyataan Kementerian Perdagangan China seperti dikutip Reuters, Jumat (23/3.2018).
Oleh karena itu, China telah mempersiapkan balasan tarif resiprokal sebesar US$3 miliar untuk produk impor asal Paman Sam. Di dalam pernyataan Kementerian Perdagangan China itu disebutkan produk-produk yang disasar antara lain impor daging babi, aluminium daur-ulang, pipa baja, buah dan anggur.
Masih di dalam pernyataan yang sama, penerapan aksi balasan ini akan dilakukan China dalam dua tahap. Pertama, tarif sebesar 15% akan dikenakan untuk 120 produk pipa baja dan anggur senilai US$977 juta dan kedua, tarif 25% dikenakan untuk produk daging babi dan aluminium senilai US$1,99 miliar.
“Kami menerapkan tarif untuk impor tertentu dari AS untuk menyeimbangi kerugian yang dihadapi China,” tulis pernyataan tersebut.
Baca Juga
Langkah Hukum
Selain itu, China akan mengambil langkah hukum terhadap AS lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sambil mengusahakan ada pembicaraan di antara dua negara itu.
“China berharap AS menarik kembali [memorandumnya], membuat keputusan yang bijaksana, dan menghindari hubungan dagang dua negara ke tempat berbahaya,” lanjut pernyataan itu.
Sementara itu, Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro menyampaikan bahwa langkah yang diambil Trump ini merupakan pertukaran arah dari era Nixon dan Kissinger.
“[Di era Nixon dan Kissinger] kami memiliki pemerintahan yang memandang hubungan ekonomi AS-China penuh keakraban. Tetapi kini hubungan itu telah gagal,” kata Navarro seperti dikutip Bloomberg, Jumat (23/3/2018).
Dia menambahkan, permasalahan dengan China saat ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan kata-kata saja. AS telah lama merugi, sambungnya, dan akhirnya kini muncul presiden yang dapat mendorong AS untuk lebih berani. Adapun, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross memperkirakan bahwa langkah tegas dalam perdagangan akan membawa konsesi tanpa meluaskan konflik.
“Kami akan tetap berunding mengenai hal-hal semacam ini daripada terus menyerang, menurut saya,” katanya.
Sebelum tarif ini resmi diberlakukan, Gedung Putih memberikan periode 30 hari untuk Beijing bertindak. Trump juga telah mengutus perwakilannya untuk merespons China di WTO.