Bisnis.com, JAKARTA -- China mendesak AS untuk tidak membawa hubungan bilateral kedua negara ke arah yang berbahaya, menyusul kebijakan pengenaan tarif impor atas produk asal Negeri Panda.
Dalam pernyataan resminya, Jumat (23/3/2018), Kementerian Perdagangan (Kemendag) China mengatakan AS diharapkan kembali ke jalur yang aman dan mengambil keputusan dengan prudent. Pemerintah China juga menegaskan melawan praktik unilateralisme dan proteksionisme yang dijalankan Negeri Paman Sam.
Seperti dilansir dari Reuters, Kemendag China mengungkapkan telah melakukan persiapan matang untuk mempertahankan kepentingan negara dan tidak takut terjun dalam perang dagang. Meskipun demikian, China tetap tidak menginginkan perang dagang terjadi.
Sebagai bentuk perlawanan balik terhadap pengenaan tarif impor atas produk baja dan aluminium termasuk dari China, masing-masing sebesar 25% dan 10%, pemerintahan Xi Jinping menyiapkan daftar 128 produk impor dari AS yang akan dikenakan tarif impor. Nilainya diperkirakan mencapai US$3 miliar.
Tarif yang dipertimbangkan adalah 15% untuk produk buah kering, wine, dan pipa besi Sementara itu, produk babi dan aluminium daur ulang kemungkinan bakal dikenakan tarif sebesar 25%.
Pemerintah China menegaskan akan mengambil langkah hukum sesuai kebijakan WTO untuk menjaga stabilitas atas aturan perdagangan global.
Selain menerapkan tarif impor untuk produk baja dan aluminium China, pemerintahan Donald Trump juga menyasar perusahaan serta aliran dana investasi dari China yang masuk ke perusahaan teknologi AS. Trump telah mengklaim perusahaan-perusahaan China mencuri kekayaan intelektual milik perusahaan AS untuk kepentingan sendiri.
Perkembangan hubungan kedua negara menjadi sorotan dunia. Langkah AS yang menerapkan tarif impor dinilai dapat memicu perang dagang dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.