Bisnis.com, DENPASAR — Wisatawan mancanegara yang berada di Bali saat Nyepi, yang jatuh pada Sabtu (17/3/2018), ternyata tidak semuanya sengaja datang untuk menikmati suasana Pulau Dewata tanpa aktivitas selama 24 jam.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung IGN Rai Suryawijaya mengatakan sebagian wisatawan mancanegara (wisman) memang ada yang berniat untuk menyaksikan prosesi Nyepi, mulai dari pengerupukan, pawai ogoh-ogoh, tinggal di hotel, hingga kegiatan sehari setelahnya.
“Tetapi, tak sedikit pula yang kebetulan sedang dalam perjalanan wisata di Bali saat Nyepi,” ungkapnya, Minggu (18/3/2018).
Menurut Rai, tingkat keterisian kamar hotel di Bali saat Nyepi rata-rata mencapai 70%. Dari jumlah tersebut, 70% di antaranya merupakan wisatawan asing dan 30% wisatawan domestik.
Dia melanjutkan sebagian wisman yang telanjur berada di Bali saat Nyepi memutuskan tetap tinggal dan sebagian lainnya memilih sleep out ke Banyuwangi, Lombok, bahkan ada yang ke Labuan Bajo (NTT) dan Raja Ampat (Papua). Para wisman yang tak sengaja datang untuk menyaksikan Nyepi memilih dua opsi tersebut setelah mendapatkan penjelasan dari pihak hotel atau pemandu wisata.
Rai menambahkan kebanyakan wisman memilih tetap tinggal, karena tidak semua wisatawan mengalokasikan dana ekstra untuk pergi ke daerah lain.
Ketua PHRI Kota Denpasar Ida Bagus Gede Sidharta Putra menyatakan tamu hotel di Sanur selain berasal dari dalam negeri, juga banyak datang dari Australia dan Eropa yang sengaja ke Bali untuk menikmati Nyepi.
Bahkan, tuturnya, ada di antara wisman yang ikut mengusung ogoh-ogoh pada saat malam pengerupukan. Para wisman menilai rangkaian aktivitas Nyepi merupakan peristiwa budaya yang unik dan mengandung nilai universal, terutama terkait dengan lingkungan.
Pada saat Nyepi, wisatawan banyak mengisi kegiatan di kawasan hotel seperti membaca buku, di kolam renang, dan meditasi maupun yoga.
Sementara itu, umat Hindu melaksanakan ‘catur brata penyepian’ yakni amati karya (tidak bekerja atau melakukan aktivitas), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang) selama 24 jam.