Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden AS Donald Trump siap bertemu dengan Kim Jong Un pada Mei 2018 menyusul undangan dari pemimpin Korea Utara itu.
Undangan itu disampaikan melalui surat resmi yang diberikan Kim kepada delegasi Korea Selatan (Korsel) yang bertemu dengannya di Pyongyang, beberapa hari lalu.
Reuters melansir Jumat (9/3/2018), Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan Trump akan menerima undangan bertemu dengan Kim Jong Un di tempat dan waktu yang bakal ditetapkan kemudian.
"Kami sangat menanti penghentian dan pembersihan program nuklir di Korea Utara. Di saat yang sama, semua sanksi dan tekanan maksimum tetap diberlakukan," paparnya.
Kepala Badan Keamanan Nasional Korsel Chung Eui Yong menyebut Kim berkomitmen membersihkan negaranya dari nuklir dan menunda berbagai uji coba misil serta nuklir. Chung berada di Washington, AS untuk bertemu dengan Trump, setelah melakukan kunjungan ke Korea Utara (Korut) pada awal pekan ini.
Jika pertemuan ini terealisasi, hal itu akan menjadi awal baru bagi perdamaian di Semenanjung Korea. Secara teknis, Korut dan Korsel masih dalam keadaan perang karena berakhinya perang kedua negara pada 1953 ditandai dengan gencatan senjata.
Korut yang dikenal memiliki program pengembangan senjata nuklir, telah mengklaim nuklirnya dapat mencapai daratan AS.
"Saya mengatakan kepada Presiden Trump bahwa Kim Jong Un menyatakan dia siap menghapus nuklirnya. Kim berjanji Korut tidak akan melakukan uji coba misil atau nuklir ke depannya," ungkap Chung.
Dia melanjutkan Kim menyampaikan keinginannya untuk bertemu Trump sesegera mungkin. Menurut Chung, Trump menyambut baik pertemuan dengan Korsel dan akan bertemu dengan Kim pada Mei untuk mencapai kesepakatan pembersihan nuklir.
Trump juga menyampaikan hal serupa melalui unggahannya di Twitter.
"Kim Jong Un berbicara mengenai pembersihan nuklir dengan perwakilan Korsel, bukan hanya untuk sementara. Perkembangan yang sangat besar akan tercapai tapi sanksi tetap berjalan sampai ada kesepakatan. Rencana pertemuan sedang disusun," jelasnya.
Pada awal Januari 2018, Trump dan Kim sempat berbalas celaan. Trump menyebut Kim sebagai maniak dan mengancam akan menghancurkan Korut jika negara itu menyerang AS atau negara aliansinya.
Kim merespons hal ini dengan menyebut Trump sebagai seseorang yang mengalami keterbelakangan mental.