Bisnis.com, MALANG—Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan peternakan UMKM.
Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen PKH Kementan, mengatakan Indonesia mempunyai potensi besar sebagai negara pengekspor pangan olahan yang bercitarasa etnik seperti rendang yang kelezatannya sudah dikenal di dunia.
“Oleh karena itu, saya berharap agar Unit Pengolah Hasil Peternakan yang merupakan UMKM untuk semakin mengembangkan diri, sehingga dapat menjangkau pasar ekspor,” katanya dalam keterangan resminya Sabtu (3/3/2018).
Pernyataan itu disampaikan pada kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Standar Mutu dan Keamanan Pangan Bimtek yang dihadiri oleh 56 orang peserta yang terdiri dari 40 orang pengurus dari 20 Unit Pengolahan Hasil Peternakan (UPH) di 10 kabupaten/kota se Provinsi NTB dan 16 orang petugas teknis dinas provinsi/kabupaten/kota.
Bimtek yang diselenggarakan pada tanggal 27 Februari-1 Maret 2018 di Mataram, Nusa Tenggara Barat ini merupakan tindaklanjut dari MoU kesepakatan kerjasama antara Ditjen PKH dengan Deputi III Bidang Pengawas Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, BPOM.
Peserta yang hadir merupakan pelaku pengolah hasil peternakan meliputi susu (sapi, kerbau dan kuda liar), permen susu kerbau, daging berupa dendeng sapi, abon (daging sapi, kuda, ayam, daging rusa), ayam ungkep, bakso daging sapi, sosis daging sapi dan nugget daging ayam, serta kerupuk kulit sapi, yang pada umumnya belum memiliki izin edar dari BPOM.
Tujuan diselenggarakan Bimtek ini, kata Fifi, untuk meningkatkan kompetensipengolah hasil peternakan dan para pendamping teknis dinas dalam implementasi standar mutu dan keamanan pangan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hasil peternakan baik untuk pasar domestik maupun internasional.