Bisnis.com,JAKARTA - Tewasnya buruh migran asal Indonesia di Malaysia mengundang kecaman dari berbagai pihak termasuk dari Perhimpunan Satu Darah Indonesia.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Satu Darah (Persada) Indonesia Yons Ebiet mengatakan bahwa pihaknya mengecam segala bentuk kekerasan terhadap buruh migran Indonesia di Malaysia.
Kasus terakhir, Adelina Lisao, buruh migran asal Nusa Tenggara Timur (NTT) menemui ajal setelah mengalami penyiksaan oleh majikannya.
Dia menjelaskan, NTT merupakan salah satu daerah kantong buruh migran di Malaysia. Berdasarkan data Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) tercatat ada 147 buruh migran dari provinsi tersebut yang meninggal dunia di Malaysia sejak 2015-2018.
“Jelas ini adalah fakta yang memprihatinkan karena pahlawan devisa harus menemui ajal di Negeri Jiran. Ini menyedihkan,” katanya, Minggu (4/3/2018).
Pihaknya meminta Pemerintah Indonesia maupun Malaysia serius melindungi para buruh migran asal Indonesia di negara tetangga tersebut.
Baca Juga
Bentuk perlindungan dimaksud seperti menindak tegas penyiksa buruh migran, mendorong penegakan hukum di daerah kantong buruh migran untuk meminimalisasi kejahatan perdagangan manusia berkedok buruh migran, dan meminta moratorium pengiriman buruh migran ke Malaysia.
Menurutnya, kecaman dan permintaan tersebut akan dilakukan dalam aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar Malaysia, Senin (5/3/2018). Aksi akan diikuti berbagai elemen masyarakat pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) dan buruh migran.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mendesak Pemerintah Indonesia agar bisa mendorong Malaysia menyelesaikan kasus yang menimpa Adelina Sau.
Pihaknya juga meminta pengusutan tuntas berkaitan dengan dugaan perdagangan manusia berkedok buruh migran di NTT.
“Kasus ini harus dituntaskan sebagai bentuk komitmen perlindungan warga negara Indonesia yang berada di luar negeri,” pungkas dia.