Bisnis.com, JAKARTA - Cape Town di Afrika Selatan menjadi sorotan dunia karena menjadi kota besar pertama yang nyaris kehabisan pasokan air.
Kondisi ini terjadi karena kekeringan parah yang melanda kota tersebut. Pemerintah Cape Town pun membatasi konsumsi air warganya dan bahkan bersiap mematikan keran saluran air utama kota.
Namun, ternyata Cape Town bukanlah satu-satunya kota yang terancam situasi serupa. Meskipun 70% permukaan bumi diselimuti air, tapi hanya 3% air yang bisa diminum. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 500 kota besar dunia pada 2014 menunjukkan 1 dari 4 kota berada di kondisi yang menyedihkan.
PBB memproyeksi permintaan air bersih akan mencapai 40% lebih besar dari pasokan yang ada pada 2030. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim, perilaku manusia, dan pertumbuhan populasi.
Berikut sebelas kota yang kemungkinan besar akan kehabisan pasokan air minum, seperti dilansir BBC.com, Minggu (11/2/2018):
1. Sao Paulo
Ibu kota finansial Brazil ini hampir mengalami hal serupa pada 2015 ketika pasokan air di waduk kota hanya mencapai kurang dari 4%. Pada puncak krisis, kota berpenduduk 21,7 juta orang itu hanya memiliki pasokan yang cukup untuk 20 hari dan polisi harus mengawal truk air agar tidak dijarah.
Kondisi ini ternyata disebabkan oleh pengelolaan dan investasi yang tidak benar. Walaupun krisis dinilai sudah berakhir pada 2016, tapi pasokan air kembali kurang dari 15% pada Januari 2017 dan keraguan atas keamanan pasokan air di kota ini kembali muncul.
2. Bangalore
Pertumbuhan properti di kota ini sangat kencang, tapi tidak diikuti oleh kesiapan di sisi pengelolaan air dan pembuangan limbah. Selain itu, jalur pipa airnya sudah tua sehingga separuh air bersihnya terbuang percuma. Danau-danau yang ada di kota itu juga tidak sesuai untuk dipakai minum maupun mandi.
3. Beijing
Menurut Bank Dunia, sebuah kota disebut kekurangan air ketika pasokan air bersihnya kurang dari 1.000 meter kubik per orang. Pada 2014, masing-masing penduduk Beijing yang jumlahnya 20 juta orang hanya mendapat 145 meter kubik air bersih.
4. Kairo
Sungai Nil yang sempat menjadi sumber munculnya salah satu peradaban terbesar dunia sekarang mengalami krisis. Debit airnya terus menyusut seiring meningkatnya pertanian yang tidak dikelola dengan baik dan limbah rumah tangga.
Data WHO menyebutkan Mesir merupakan salah satu negara berpendapatan menengah ke bawah dengan tingkat kematian akibat polusi air yang cukup tinggi. Bahkan, PBB memperkirakan negara itu akan mengalami krisis air parah pada 2025.
5. Jakarta
Seperti kota-kota pesisir lainnya, Jakarta menghadapi ancaman naiknya permukaan laut. Tetapi, kondisi ini diperparah dengan perilaku manusianya.
Lantaran kurang dari separuh penduduknya yang berjumlah 10 juta orang memiliki akses ke jaringan air bersih, maka penggalian sumur secara ilegal sangat lumrah terjadi. Akibatnya, air tanah Jakarta terus berkurang dan 40% daratan ibu kota Indonesia ini sekarang berada di bawah permukaan laut.
6. Moskow
Sekitar 25% persediaan air bersih dunia ada di Rusia, tapi sayangnya negara ini masih dilanda masalah polusi warisan era Soviet. Moskow menjadi kota yang paling terdampak, di mana 70% pasokan airnya sangat bergantung pada air yang ada di permukaan.
7. Istanbul
Pasokan air di Turki disebut sudah mencapai titik stres, dengan tingkat pasokan per kapita berada di bawah 1.700 meter kubik pada 2016. Para ahli memperkirakan situasinya akan lebih parah lagi dan bahkan mengalami kelangkaan air pada 2030.
Beberapa daerah yang padat, seperti Istanbul dengan 14 juta penduduk, sudah mulai mengalami kekurangan air dalam beberapa tahun terakhir. Persediaan air di waduk kota mencapai kurang dari 30% kapasitas asli pada awal 2014.
8. Mexico City
Kota berpenduduk 21 juta orang ini sudah lama mengalami kekurangan air, di mana 1 dari 5 orang penduduk hanya mendapat pasokan air selama beberapa jam dalam sepekan. Ibu kota Meksiko ini mendatangkan 40% airnya dari sumber mata air di lokasi yang cukup jauh.
9. London
Siapa sangka ibu kota Inggris ini juga mengalami ancaman kekurangan air? Dengan curah hujan sekitar 600 mm setahun, London mengambil 80% airnya dari sungai-sungai di sekitar seperti Thames dan Lee.
Pemerintah setempat memperkirakan kota itu akan mengalami masalah air serius pada 2025 dan kekurangan air parah pada 2040.
10. Tokyo
Ibu kota Jepang ini menikmati curah hujan yang tinggi. Namun, hujan terkonsentrasi hanya pada empat bulan setiap tahunnya.
Menjadi rumah bagi lebih dari 30 juta orang, sekitar 70% pasokan air Tokyo bergantung pada air di permukaan seperti sungai, danau, dan salju yang meleleh.
11. Miami
Meskipun menjadi salah satu negara bagian AS yang paling sering diguyur hujan, kota ini tidak lepas dari krisis air. Pada awal abad ke-20, sebuah proyek yang dilakukan untuk mengeringkan rawa-rawa ternyata membuat air dari Samudera Atlantik mengontaminasi air di waduk kota. Padahal, waduk tersebut menjadi sumber air bersih Miami.
Kendati sudah terdeteksi sejak 1930-an, tapi air laut masih terus masuk. Apalagi, permukaan laut di kota ini juga terus meningkat. Kota terdekat Miami, Hallandale Beach, bahkan harus menutup 6 dari 8 sumurnya karena kontaminasi air laut.
