Bisnis.com, JAKARTA -- Kesepakatan pinjaman antara China dan Venezuela memantik reaksi dari Amerika Serikat. Negeri Paman Sam itu menuding, China menjerumuskan Venezuela pada resesi ekonomi yang lebih dalam.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (3/2/2018), David Malpass, U.S. Treasury Under Secretary for International Affairs mengatakan keruntuhan ekonomi Venezuela yang merembet menjadi bencana kemanusiaan merupakan ulah dari penguasa negeri petro dolar tersebut. "China menjadi peminjam terbesar dalam malah mendukung pemerintahan yang buruk," ujarnya.
Menurut Mallpass, beban Venezuela akan bertambah karena utang baru dari China. Dia khawatir Venezuela akan kesulitan membayar utang-utangnya saat negara tersebut memulai reformasi ekonomi. Saat ini, ekonomi Venezuela mendekati keruntuhan.
Di November 2017 lalu, obligasi global yang diterbitkan Venezuela--termasuk perusahaan minyak nasional PDVSA--terancam gagal bayar karena tak bisa membayar bunga sebesar US$200 juta untuk obligasi jatuh tempo 2019 dan 2024. Total obligasi yang diterbitkan Venezuela mencapai US$60 miliar.
Malpass mengatakan, Venezuela mendapat pinjaman China dalam bentuk "barel minyak" yang dinilai menutupi nilai pinjaman yang aktual. Dia juga prihatn atas langkah CHina mengundang negara Amerika Latin dan Karibia untuk terlibat dalam inisiatif One Belt, One Road. "China memberikan penawaran yang terlihat menarit, tapi faktanya itu sering keuntungan jangka pendek dan ketergantungan jangka panjang," tukasnya.