Kabar24.com, JAKARTA- Bank Indonesia memprediksi peredaran uang palsu akan semakin banyak menjelang, pemilihan kepala daerah karena biasanya para pelaku memanfaatkan momentum peredaran uang yang ada di masyarakat.
Direktur Departemen Pengendalian Uang pada Bank Indonesia, Luctor E Tapiheru mengakui, para pelaku pengedar uang palsu biasanya melihat momentum banyaknya peredaran uang di masyarakat. Dia memprediksi momentum pemilihan kepala daerah akan dimanfaatkan para pelaku guna mengedarkan uang palsu ke masyarakat.
"Memang sebenarnya tidak ada korelasi antara penyebaran uang palsu dan pilkada. Tapi yang harus kita pahami saat ini, peredaran uang palsu saat ini biasanya akan mengikuti banyaknya peredaran uang di masyarakat," tutur Luctor, Senin (29/1).
Menurutnya, berdasarkan hasil monitoring Bank Indonesia, peredaran uang palsu saat ini didominasi oleh wilayah Pulau Jawa dibandingkan dengan wilayah lain. Menurutnya, pemilik warung kecil harus berhati-hati, karena biasanya pelaku akan menargetkan warung yang tidak memiliki alat detektor uang palsu.
"Warung kecil ini yang harus mewaspadai peredaran uang palsu ini. Jadi uang palsu di Pulau Jawa masih lebih dominan daripada di luar Pulau Jawa," katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat lebih teliti dalam menerima uang pada saat melakukan transaksi, karena Bank Indonesia tidak akan mengganti uang palsu dengan uang asli jika ada masyarakat yang menjadi korban peredaran uang tersebut.
"Jadi 3D yaitu dilihat, diraba dan diterawang. Ini sangat efektif diterapkan oleh masyarakat, karena Bank Indonesia ini tidak bisa mengganti uang palsu itu dengan uang asli," ujarnya.
Menurutnya, Bank Indonesia juga mengapresiasi langkah Bareskrim Mabes Polri yang berhasil meringkus para pelaku sindikat peredaran uang palsu di wilayah Jakarta. Dia berharap ke depan tidak ada lagi uang palsu yang akan beredar di masyarakat.
"Kami mengapresiasi langkah dan kerja keras tim penyidik polri yang telah mengungkap kasus ini. Kami mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap uang palsu," tuturnya.