Kabar24.com, PALEMBANG - Retribusi terminal di Sumatra Selatan ditargetkan mencapai Rp2,7 miliar pada tahun ini atau naik signifikan dari target tahun lalu.
Kepala Seksi Terminal Dinas Perhubungan Sumsel, Syaiful Islan, mengatakan tahun lalu target retribusi sebesar Rp2,3 miliar.
"Namun, memang realisasinya hanya tercapai Rp387 juta. Menurun drastis lantaran baru operasional pada September 2017," ujarnya pada Jumat (26/1/2018).
Syaiful mengaku tidak memiliki data atau perincian besaran retribusi per terminal sebab target retribusi tersebut melonjak dari pengajuan oleh Dishub Sumsel. Sebelumnya, pihaknya mengajukan Rp2,1 miliar. Akan tetapi, target dari Pemprov Sumsel meningkat menjadi Rp2,7 miliar.
"Bagaimana pun, target terminal Rp2,7 miliar. Untuk itu, kami akan memaksimalkan pencapaian," ujarnya.
Menurut dia, target retribusi terminal yang paling tinggi diproyeksi adalah terminal Inderalaya. Pasalnya, daerah tersebut menjadi perlintasan yang menuju ke Palembang seperti Prabumulih, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, dan daerah lainnya.
Tahun ini, lanjut Syaiful, akan ada peningkatan fasilitas di Terminal Inderalaya. Dishub Sumsel telah menganggarkan Rp400 juta. Perinciannya, Rp200 juta untuk pemeliharaan jalan di dalam terminal dan Rp200 juta untuk biaya operasional seperti listrik, perusahaan daerah air minum (PDAM), dan karcis.
"Operasional terminal ini dibagi dua, untuk Dishub Provinsi Sumsel dan Pemkab Ogan Ilir. Untuk bagian Pemkab Ogan Ilir sedang diperbaiki sejak akhir 2017," ujarnya.
Secara terpisah, Sekretaris Dishub Provinsi Sumsel Uzirman mengemukakan secara umum realiasasi retribusi Dishub Sumsel mencapai target hingga 199,99% meliputi retribusi pelayaran Pelabuhan Tanjung Api-Api (TAA) mencapai 189,29% atau Rp1,931 miliar dan retribusi pengujian kendaraan bermotor mencapai 97% atau Rp103 juta.
Dia mengatakan tingginya realisasi target retribusi penyeberangan karena saat ini kendaraan sudah aktif menggunakan pelabuhan TAA. Sedangkan untuk retribusi pengujian kendaraan bermotor punya siklus 5 tahunan, bukan setiap tahun.
"Artinya, jika tahun ini tinggi, maka tahu depan realiasinya dipastikan rendah. Sebab jumlah kendaraan yang akan diuji akan berkurang," paparnya.