Bisnis.com, PADANG — Kinerja ekspor Sumatra Barat per Desember 2017 mengalami penurunan signifikan hingga 31,88% dari US$194,76 juta pada Desember 2016 menjadi hanya US$132,66 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi menyebutkan penurunan kinerja ekspor itu didorong lemahnya kontribusi komoditas utama ekspor Sumbar yang seluruhnya berasal dari sektor nonmigas, yakni komoditas sawit dan karet.
“Golongan lemak dan minyak hewan nabati [sawit] dan golongan karet dan barang dari karet turun signifikan sekali, sehingga total ekspor Sumbar juga turun,” katanya, Senin (15/1/2018).
Dia menuturkan barang dari sawit atau cruid palm oil (CPO) mengalami penurunan 23,26% dari US$131,29 juta pada Desember tahun lalu menjadi hanya US$100,75 juta di penghujung tahun lalu. Kontribusi CPO terhadap ekspor Sumbar mencapai 69,73%.
Selain itu, golongan karet dan barang dari karet mengalami penurunan 53,18% dari US$44,4 juta menjadi US$20,79 juta. Kontribusi golongan ini terhadat total ekspor Sumbar mencapai 21,69%.
Sementara itu, golongan lainnya, seperti garam, belerang, dan kapur, dan golongan lainnya masih menunjukkan kinerja pertumbuhan.
Adapun, jika dibandingkan dengan ekspor Sumbar periode November 2017 juga mengalami penurunan 19,88%.
Secara komulatif, ekspor Sumbar sepanjang 2017 masih tumbuh 19,77% dari US$1,7 miliar menjadi US$2,04 miliar.
Negara tujuan ekspor Sumbar masih India dengan kontribusi 37,05%, Amerika Serikat 22,53%, Singapura 10,72%, Spanyol 3,78%, Myanmark 3,4%, Belanda 2,4%, Jepang 1,47%, Sri Lanka 1,44%, Aljazair 0,32%, dan Jerman 0,18%.
Sementara itu, nilai impor juga turun 2,95% atau hanya mencapai US$44,65 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masih mencapai US$46 juta.
Sukardi menuturkan golongan barang impor Sumbar adalah bahan bakar mineral senilai US$38,56 juta, kemudian ampas sisa industry makan, mesin dan peralatan mekanik, dan garam belerang dan kapur.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengakui potensi ekspor Sumbar belum tergarap maksimal. Apalagi, komoditas unggulan selama ini seperti CPO dan karet mengalami penurunan harga di pasar global.
“Potensinya masih besar, khususnya dengan pengembangan komoditas-komoditas lainnya,” kata Irwan.
Dia mengungkapkan pemda setempat mendorong ekspor komoditas olahan, dengan mengembangkan berbagai produk di Sumbar. Dalam waktu dekat misalnya, pemda setempat berencana membangun pabrik pengepakan untuk rendang dengan tujuan pasar ekspor.
Irwan mengatakan sejumlah negara di Timur Tengah, Australia dan Eropa bersedia menampung produk rendang asal Sumbar.