Bisnis.com, JAKARTA - Dua orang tewas dalam rangkaian unjuk rasa yang berlangsung di Iran.
Reuters yang mengutip kantor berita ILNA, Senin (1/1/2018), mengatakan anggota parlemen Hedayatollah Khademi menyatakan ada dua orang yang meninggal karena luka tembakan dalam unjuk rasa di Izeh, sebuah kota di barat daya Iran. Selain itu, ada pula beberapa korban cedera lainnya.
Keduanya tewas dalam demonstrasi yang berlangsung Minggu (31/12). "Saya tidak tahu apakah penembakan kemarin dilakukan oleh peserta unjuk rasa atau polisi. Peristiwa ini masih dalam penyelidikan," ujar Khademi.
Dengan demikian, hingga kini tercatat empat orang korban meninggal dalam serangkaian unjuk rasa sejak beberapa hari ini. Rangkaian demonstrasi ini dinilai sebagai yang paling serius sejak 2009.
Pesan yang disebarkan lewat media sosial mendesak warga Iran untuk melakukan unjuk rasa di Teheran dan 59 kota lainnya. Sebagian besar wilayah Iran telah diguncang demonstrasi besar sejak 4 hari yang lalu, ketika unjuk rasa memprotes kenaikan harga di Mashhad berubah membawa isu politik.
Protes terus berlangsung walaupun Presiden Iran Hassan Rouhani berupaya tetap tenang. Dia menyatakan warga Iran memiliki hak untuk mengkritisi pemerintah tapi mewanti-wanti adanya pengawasan ketat.
"Pemerintah tidak akan menoleransi mereka yang merusak properti publik, melanggar kebijakan publik, dan menciptakan ketidaktentraman di masyarakat," paparnya dalam siaran televisi.
Aparat keamanan telah melakukan berbagai pembatasan dengan harapan dapat menghindari eskalasi krisi yang lebih tinggi, didorong oleh situasi ekonomi dan korupsi. Kemarahan yang dirasakan pengunjuk rasa pun membuat mereka mengalihkan sorotannya ke pemerintahan klerik Iran, yang berkuasa sejak Revolusi Iran 1979.
Beberapa orang bahkan meminta Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khomeini untuk mundur dan menyanyikan lagu yang menggambarkan pemerintah sebagai pencuri.