Bisnis.com, JAKARTA — Pelaksana tugas Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham mengatakan siapa pun yang menjadi memimpin Partai Golkar ke depan harus bisa membesarkan partai dan bukan menguasai Golkar.
Hal itu terkait rencana diselenggarakannya musyawarah nasional luar biasa atau munaslub pasca Ketua Umum Partai Golkar nonaktif Setya Novanto ditahan KPK karena kasus korupsi berbasis elektronik.
“Karena kalau menguasai Golkar itu paradigmanya adalah bila ada yang dianggap menghambat akan disekenariokan sedemikian rupa agar yang bersangkutan dipinggirkan. Tapi kalau pikiranya membesarkan Golkar, maka ada sikap bijak untuk mengumpulkan seluruh potensi apapun sikapnya. Saya lihat akhir-akhir ini ada kecenderungan pertarungan seperti itu,” katanya, Selasa (12/12/2017).
Menurutnya, suasana tersebut saat ini muncul seiring dinamika politik yang sedang dihadapi partai berlambang beringin tersebut. Oleh karena itu, ke depan pertarungan politik dalam internl Partai Golkar harus diwarnai pedebatan konseptual berkualitas.
Sebabnya, demokrasi merupakan proses pertarungan untuk mencapai sebuah posisi secara berkualitas. Sehingga, kata dia, ada kebebasan bagi seluruh kader untuk maju.
Di sisi lain, calon ketua umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berada di atas angin. Airlangga, yang juga menjabat koordinator bidang ekonomi di DPP Partai Golkar saat ini di atas kertas sudah mendapatkan dukungan dari seluruh DPD I Partai Golkar yang berjumlah 34.
Baca Juga
Menurut Idrus, jika nantinya ketua umum harus terpilih secara aklamasi hal itu tak masalah. Namun prosesnya harus demokratis dan memberikan hak terlebih dahulu kepada siapapun kader Golkar yang berkualitas untuk maju.
“Jadi kalau ada aklamasi suatu ketika itu bukan barang haram. Maka jangan diracuni pikiran bahwa harus bersaing. Apalagi dalam situasi politik seperti saat ini bisa dikembangkan power sharing yang berkualitas posisinya nanti bisa ditempatkan di mana-mana,” ujarnya.