Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan analisis perkembangan musim hujan November 2017 Dasarian II BMKG, masyarakat di kawasan langganan banjir dan longsor lebih waspada.
"61% wilayah Indonesia memasuki musim hujan," ujar Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal di Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Baca Juga
Meski dari monitoring dinamika atmosfer sampai November 2017 Dasarian II menunjukan kondisi netral menuju La Nina lemah. Namun, dari analisis curah hujan pada periode sama didapat bahwa curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia lebih basah dari kondisi normal.
Kondisi ini diketahui lebih basah jika dibandingkan dengan 2016 pada bulan dan dasarian yang sama. "Sehingga pada beberapa wilayah Indonesia terdapat wilayah dengan curah hujan tinggi," katanya.
Dengan demikian, menurut dia, pihaknya telah memprakirakan puncak musim hujan di Indonesia terjadi pada Desember 2017 sampai dengan Februari 2018.
Daerah-daerah rentan dalam arti yang memang langganan banjir, tanah longsor, genangan, angin kencang dan pohon tumbang khususnya Sumatra, Jawa, Bali-Nusa Tenggara (Nustra) untuk waspada mengingat peluang curah hujan ekstrim pada bulan-bulan tersebut akan semakin meningkat.
"Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas-Dinas Sosial harus mulai selalu siap, terutama untuk wilayah yang memang langganan terkena banjir dan tanah longsor, seperti beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah yang meski hujan tidak terlalu ekstrim tapi cepat tergenang," ujar dia.
Prakiraan Dalam beberapa hari ke depan masih terdapat peningkatan potensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang di Pulau Sumatera, yakni di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung.
Kondisi sama juga diprakirakan terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT. Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Begitu pula di Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Adapun untuk antisipasi puting beliung sebenarnya, menurut Herizal, BMKG sudah memiliki beberapa radar di sejumlah kota besar untuk "Early Warning System" (EWS). "Tapi masalahnya EWS itu direspon atau tidak oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat," katanya.
Radar tersebut memang bekerja secara luas, sedangkan puting beliung hanya terjadi di area yang sangat mikro. EWS yang diberikan untuk angin kencang ini memang hanya mampu memprakirakan dalam hitung maksimal 3 jam sebelumnya.
"Jadi waspada harus selalu ada untuk puting beliung di musim hujan," ujar dia.