Kabar24.com, JAKARTA - Penyandang disabilitas di Indonesia masih dihantui stigma yang akhirnya menghalangi mereka untuk mendapatkan kesempatan bekerja. Pelaksana kebijakan juga belum bisa berjalan dengan maksimal.
CEO Bender Consulting Services Joyce Bender mengatakan permasalahan utama yang dihadapi Indonesia terkait isu penyandang disabilitas adalah stigma yang didasari rasa takut, kurang pengetahuan, dan mitos.
“Kebanyakan orang Indonesia menyembunyikan anggota keluarganya yang disabilitas. Saya hampir menangis mendengarnya. Ini buruk sekali,” ujarnya pada Rabu (4/10/2017).
Dia menyarankan kepada penyandang disabilitas untuk berani menyampaikan terkait hak-hak yang harus diterimanya, seperti aksesibilitas untuk bekerja dan melangsungkan kehidupan selayaknya orang pada umumnya.
Guna mendukung aksesibilitas dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja disabilitas, terdapat tiga hal yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan, yakni sikap, infrastruktur bangunan, dan aplikasi digital.
Sikap yang tidak membedakan antara pekerja disabilitas dan non disabilitas, fasilitas bangunan bagi disabilitas, dan teknologi yang memudahkan disabilitas untuk mengakses informasi menjadi standar kesuksesan perusahaan untuk bisa merobohkan stigma yang berlaku di Indonesia.
Untuk mencapai hal tersebut tidak hanya dibutuhkan rancangan Undang-undang yang mewakili hak-hak disabilitas, tetapi penegak dari kebijakan tersebut juga harus eksis.
Joyce Bender pernah menjadi ketuap American Association of People with disabilities (AAPD) dan Ketua dewan yayasan epilepsi nasional. Pada 1985, Joyce mengalami kecelakaan yang memengaruhi fungsi otaknya. Akibatnya, dia kehilangan 60% pendengarannya dan menderita epilepsi.
Dari pengalamannya ini, Bender mulai merasakan simpati dan mulai menolong mereka yang menderita disabilitas. Dia pun mendirikan Bender Consulting Services pada September 1985. Bender juga menjadi anggota di banyak lembaga yang mengadvokasi disabilitas.
Dia mempekerjakan para penyandang disabilitas dan memberikan pelatihan kepada mereka untuk menjadi pegawai profesional yang handal.
“Anda [disabilitas] tidak butuh dikasihani, tetapi Anda butuh pekerjaan untuk menyambung hidup,” tuturnya.