Bisnis.com, JAKARTA--Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, pihaknya siap menyambut kembali pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari sebuah tindakan keras oleh pasukan keamanan selama sebulan terakhir.
Seperti diketahui, lebih dari 400.000 pengungsi Rohingya telah melarikan diri melintasi perbatasan Myanmar menuju Bangladesh sejak 25 Agustus. Hal itu terjadi lantaran ketika gerilyawan dari Angkatan Bersenjata Rohani Arakan menyerang 25 pos polisi dan tentara, menewaskan selusin pejabat keamanan di negara bagian Rakhine. Pihak militer menanggapi serangan tersebut dengan apa yang disebutnya sebagai operasi pembersihan.
Dalam kasus ini sejumlah kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan keamanan dan warga Budha tanpa pandang bulu menyerang warga Muslim Rohingya dan membakar desa mereka. Adapun sebelumnya, pada awal tahun ini, penyelidik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyimpulkan bahwa tentara Myanmar sangat mungkin melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di tengah langkahnya memberantas kaum militan dari Rohingya pada Oktober 2016.
"Kami mengecam semua pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan yang tidak sah. Kami berkomitmen untuk pemulihan perdamaian, stabilitas dan peraturan perundang-undangan di seluruh negara bagian." kata Suu Kyi pada hari Selasa dalam pidato bahasa Inggris di ibukota Naypyidaw, seperti dikutip dari Blooomberg, Selasa (19/9/2017)
Dia mengatakan, pasukan keamanan telah diperintahkan untuk mematuhi secara ketat kode etik dalam menjalankan operasi keamanan. Dia juga menegaskan bahwa tentara telah melakukan semua tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari kerusakan dan kerugian yang dialami warga sipil yang tidak bersalah.
"Kami siap untuk memulai proses verifikasi bagi mereka yang melarikan diri untuk kembali ke Myanmar," lanjutnya.
Suu Kyi pun berjanji untuk untuk mencari tahu mengapa eksodus masyarakat Rohingya itu terjadi. Dia melihat fenomena tersebut bukan sebagai konflik beragama. Pasalnya, berdasarkan pengamatannya mayoritas atau lebih dari 50% masyarakat Muslim di negara bagian Rakhine tidak mengungsi dan masih menetap dengan aman.