Tentara Jepang
Pada 13 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman meninggalkan Dalat untuk kembali ke Jakarta, tetapi sebelumnya singgah terlebih dahulu ke Singapura untuk bertemu dengan anggota PPKI dari Sumatera, yaitu Teuku Mohammad Hasan, Amir dan Abas.
Menurut Sejarawan Rusdhy Hoesein, saat singgah ke Singapura itu, Soekarno, Hatta dan Radjiman menyaksikan sendiri bahwa tentara Jepang masih cukup kuat dan memiliki semangat tempur.
"Hal itulah yang membuat Soekarno-Hatta berbeda pendapat dengan kelompok pemuda yang ingin segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Soekarno-Hatta khawatir memproklamasikan kemerdekaan secara gegabah akan membuat tentara Jepang bereaksi dan menimbulkan pertumpahan darah," katanya.
Soekarno-Hatta meyakini tentara Jepang masih cukup kuat dalam mempertahankan kekuasaaannya di wilayah pendudukan. Apalagi, saat itu belum ada kabar Jepang menyerah kepada sekutu.
Pada 14 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta. Pada saat itu Soekarno menyampaikan pidato bahwa kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana.
"Bung Karno menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak perlu menunggu jagung berbuah karena akan terlaksana sebelum jagung berbunga," kata Rusdhy.
Pada hari yang sama, Kaisar Hirohito pada akhirnya terpaksa mengumumkan kekalahan Jepang. Dia memerintahkan seluruh tentara Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada tentara Sekutu. Namun, berita tersebut ditutup-tutupi oleh tentara Jepang yang ada di Indonesia.
Pada 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo berusaha menghubungi pejabat-pejabat Jepang untuk menanyakan ketegasan berita tentang penyerahan Jepang kepada Sekutu. Namun, sejumlah pejabat yang akan ditemui ternyata sedang tidak ada di tempat.