Kabar24.com, JAKARTA -- Mitigasi tengah disiapkan untuk mengantisipasi dampak sosial dan ekonomi akibat mencairnya lapisan es di Kutub Utara.
Asisten Deputi Bidang Keamanan dan Ketahanan Maritim Kemenko Maritim Basilio Dias Araujo mengungkapkan tiga hal yang perlu disikapi pemerintah terkait efek lelehan es di Arktik.
Pertama, apabila terjadi pencairan es di kutub utara, maka akan terjadi perubahan dan peralihan alur pelayaran dari Belanda menuju Asia,.
Khususnya menuju China, Jepang, dan Korea, menjadi lewat timur atau jalur Rusia. Dengan terbukanya jalur Rusia, maka alur pergadangan berubah dari wilayah barat ke utara.
“Berarti , Indonesia dan Singapura bisa kehilangan kesempatan luar biasa besar karena kapal-kapal dagang yang menuju ke Jepang atau China tidak lagi melalui Selat Malaka,” katanya seperti dikutip dari siaran pers, Senin (14/8/2017).
Kedua, lanjut Basilio, Indonesia terancam kehilangan pulau-pulau di dataran rendah karena kenaikan permukaan air laut.
Baca Juga
Ketiga, Indonesia sebagai negara penyumbang pemananasan global ketiga terbesar dunia mempunyai tanggung jawab besar untuk turut menghentikan pencairan es di Kutub Utara.
Basilio mengatakan Indonesia perlu mengambil peran lebih besar mengatasi dampak perubahan iklim karena merupakan salah satu negara penghasil emisi karbon terbanyak di dunia.
Salah satu bentuk kontribusi itu adalah keterlibatan Indonesia sebagai pengamat dalam Dewan Arktik, lembaga yang beranggotakan delapan negara di kawasan Arktik untuk mengatasi isu perubahan iklim di sana. Saat ini Indonesia belum menjadi observer.
Sementara itu, pakar Arktik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo menjelaskan pelelehan lapisan es di Kutub Utara dapat berpengaruh pada ketahanan pangan.