Kabar24.com, DENPASAR—Para pembuat layang-layang ditantang menghasilkan produk kreatif dalam kemasan yang praktis sebagai oleh-oleh dari Bali.
Ni Luh Djelantik salah seorang pengusaha sukses mengatakan layang-layang merupakan produk budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan menjadi produk inovatif yang memiliki nilai ekonomi dan menyejahterakan perajin.
“Layang-layang sangat prospektif, tinggal bagaimana menyiapkan produk yang mampu membidik pasar mancanegara,” katanya dalam dialog budaya bertajuk Layang-layang: Laku Budaya dan Ekonomi kreatif, Jumat (11/8/2017) petang.
Ni Luh yang sukses menembus pasar ekspor dengan sepatu bermerk Nilou ini mengatakan produksi layangan Bali sebenarnya memiliki keunikan tersendiri, tapi perlu dikembangkan sesuai tren desain layang-layang dunia.
Dia lantas menyebut komoditas ekspor layang-layang produk China yang layak dijadikan sebagai pembanding.
Kata Ni Luh layang-layang sebagai komoditas kreatif harus didukung semua lini, termasuk peran pemerintah untuk mempermudah para perajin layang-layang mendapatkan hak kekayaan intelektual (HAKI).
Baca Juga
Selain itu, sebagai aktivitas di lapangan terbuka perlu disediakan lahan permanen yang memadai di tengah alih fungsi lahan yang kian meningkat.
“Banyak ragam yang bisa dikerjakan oleh pelayang-layang, bisa dalam wujud seni rupa, miniatur layangan, fotografi, dan mengembangkan bentuk layang-layang kontemporer,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Andreas Agren asal Swedia yang saking cintanya mendirikan Yayasan Bekcec atau Bali Kite Culture Experience Foundation demi kemajuan layang-layang di Pulau Dewata. Kata dia sulit menemukan oleh-oleh layangan dari Bali yang bisa ditenteng dengan mudah.
“Ini jadi tantangan para pembuat layang-layang agar produknya bisa dijadikan kebanggan wisatawan saat pulang ke negaranya,” kata Andreas.
Andreas menambahkan Bali pantas dijadikan sebagai destinasi wisata layang-layang karena memiliki banyak pemain dan menggelar festival di berbagai tempat.
Seperti Sanur Internasional Kite Festival serangkaian BritAma Sanur Village Festival (SVF) belum lama ini dia sebut sebagai yang sirkuit internasional terbesar.
“Hanya Bali yang luar biasa menyelenggarakan kegiatan layang-layang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sudah saatnya membuat kemasan lain yang bisa menunjang kegiatan utama layang-layang,” katanya.
Menurut pemantauan Bisnis.com, layang-layang sebagai oleh-oleh telah banyak dijual di pasar seni Ubud maupun Sukawati, Gianyar.
Tetapi, masih sebatas miniatur layang-layang tradisional dari jenis bebean (menyerupai ikan), pecukan (berbentuk daun), atau janggan (seperti burung) dan belum dikemas menjadi tentengan yang praktis dan kelak bisa dipajang dengan baik.
Kadek Dwi Armika salah seorang pegiat layangan dari Sanur menuturkan kesemarakan festival layangan murni inisiatif individu.
Penyelengaraan di Bali masih jauh jika diproyeksikan sebagai industri dibandingkan festival di Eropa yang beberapa kali dia ikuti. Kadek mengapresiasi inisiatif SVF memberikan kesempatan memperluas cakupan festival layang-layang jadi sebesar sekarang.
Ia bersama pegiat layang-layang Sanur bertekad menjawab tantangan untuk menjadikan layang-layang sebagai produk oleh-oleh yang akan dimulai dengan riset pasar dan menyiapkan desain terbaik.
Peristiwa bersejarah berkaitan festivval belum lama ini yakni pameran layang-layang yang saat ini masih berlangsung di Sudakara Art Gallery hingga 6 September 2017, membuat para pelayang kian bersemangat untuk merambah ke produksi di luar lapangan yang juga cukup menjanjikan.
Made Yuda dari Persatuan Layang-layang Indonesia (Pelangi) Bali mengatakan banyak hal yang dipikirkan untuk masa depan layang-layang di antaranya hmendongkrak daya saing dan menyiasati semakin sulit dan mahalnya bahan baku.
Ketua Umum BritAma SVF Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan layang-layang sudah sewajarnya mendapat tempat dan dukungan berbagai pihak khususnya pemerintah dalam memberikan ruang dan pengembangan produk kreatif.
“Sektor UKM harus disiapkan dan direalisasikan agar layang-layang memiliki nilai tambah dalam pendapatan ekonomi lebih dari sekedar hobi,” ujarnya.