Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Buah Naik Signifikan Selama Puasa dan Jelang Lebaran

Menjelang puasa dan lebaran impor buah-buahan di Jawa Timur meningkat signifikan dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Buah dan sayur/Istimewa
Buah dan sayur/Istimewa

Bisnis.com, SURABAYA -- Menjelang puasa dan lebaran impor buah-buahan di Jawa Timur meningkat signifikan dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim Teguh Pramono mengatakan impor buah-buahan sepanjang Januari 2017 hingga Mei 2017 dibandingkan dengan periode yang sama di 2016, maka pertumbuhannya mencapai 120,7% year on year (y-o-y).

"Jelang puasa dan lebaran ini cukup pengaruh, untuk impor buah-buahan, terutama apel dan kurma. Apel banyak diimpor dari China, kalau kurma dari Mesir, Iran, Aljazair, dan Tunisia," ujarnya di Surabaya, Kamis (15/6/2017).

Jika dirinci, Teguh menyebutkan impor apel pada Mei 2017 tercatat senilai US$21,13 juta atau naik dibandingkan April 2017 yang senilai US$20,55 juta. Adapun, nilai impor apel pada tiga bulan pertama tahun ini masing-masing senilai US$11,28 juta, US$15,80 juta, dan US$19,73 juta.

Sedangkan impor kurma pada Mei 2017 senilai US$896 ribu atau turun dari bulan sebelumnya yang senilai US$1,6 juta. Hingga bulan kelima, impor kurma paling tinggi terjadi di Maret 2017 di mana tercatat senilai US$1,79 juta.

"Kelihatannya impornya banyak dilakukan sebelum puasa, impornya sudah tinggi sebelum puasa," katanya.

Selain buah-buahan, komoditas sayuran juga mengalami kenaikan sebesar 56,03% secara tahunan sepanjang periode Januari 2017 hingga Mei 2017. Teguh menyatakan komoditas sayur-sayuran ini didominasi oleh bawang putih yang banyak masuk dari China dan sedikit dari Malaysia.

Secara nominal, impor non migas Jatim yang secara total senilai US$1,72 miliar didominasi oleh besi dan baja dengan nilai US$173,20 juta dan diikuti oleh mesin-mesin/peralatan mekanik senilai US$171,36 juta. Sedangkan impor migas mencapai US$236,06 juta. Dengan demikian, nilai impor keseluruhan Jatim pada Mei 2017 senilai US$1,96 miliar.

Provinsi dengan penduduk terbesar kedua di Indonesia ini masih mengalami defisit senilai US$0,28 miliar karena nilai ekspor masih lebih rendah dibandingkan impor, yakni US$1,68 miliar. Kendati masih mengalami defisit, Jatim menempati urutan ketiga daerah dengan nilai ekspor terbesar secara nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper