Kabar24.com, PBB - "Tekanan" AS terkait kegawatan yang bisa terjadi membuat Dewan Keamanan PBB mengalihkan perhatiannya pada krisis yang terjadi di Venezuela untuk pertama kalinya pada Rabu (17/5/2017) waktu setempat.
Fokus DK-PBB ke Venezuela merupakan tindaklanjut atas peringatan Amerika Serikat terhadap konsekuensi "ketidakstabilan serius" di negara tersebut. Demikian Antara mengutip Reuters, Kamis (18/5/2017).
Ratusan ribu orang turun ke jalan di negara yang berada di Amerika Selatan dan berpenduduk 30 juta orang itu. Mereka marah karena kekurangan makanan, krisis obat-obatan dan inflasi yang melonjak. Setidaknya 42 orang tewas dalam kerusuhan yang telah berlangsung selama berminggu-minggu itu.
"Kami mulai melihat ketidakstabilan serius di Venezuela," kata duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley kepada wartawan setelah rapat tertutup Dewan Keamanan, yang penyelenggaraannya digagas Amerika Serikat.
"Maksud dari pembahasan ini adalah untuk memastikan semua orang menyadari situasinya ... kami tidak berniat mengeluarkan resolusi dewan keamanan," tambahnya.
Presiden Nicolas Maduro menyalahkan oposisi atas krisis negara yang telah terjadi pada semua sisi. Dia menuduh lawan-lawannya mencoba melengserkan dirinya dalam sebuah kudeta dengan dukungan Washington.
"Masyarakat internasional perlu menghormati hak asasi manusia atas anggota komunitasnya," kata Haley.
Pengunjuk rasa menuntut pemilihan umum, pembebasan bagi para aktivis yang dipenjara, bantuan luar negeri untuk mengimbangi krisis ekonomi dan otonomi untuk badan legislatif yang dikuasai oposisi.
Seorang pejabat tinggi urusan politik PBB memberi penjelasan terkait situasi di Venezuela tersebut kepada 15 anggota Dewan Keamanan pada Rabu.
Duta Besar Uruguay untuk PBB Elbio Rosselli, presiden Dewan Keamanan untuk bulan Mei, mengatakan bahwa pada saat ini Uruguay Percaya bahwa krisis Venezuela harus ditangani di dalam wilayah.
Sedangkan Duta Besar Venezuela untuk PBB Rafael Ramirez menuduh Amerika Serikat mendorong elemen kekerasan di Venezuela untuk berusaha menjatuhkan pemerintah Maduro.
Namun Haley membantahnya dengan mengatakan bahwa Washington tidak mengusulkan rapat dewan untuk mengganggu urusan dalam negeri mereka.
"Campur tangan AS mendorong aksi kelompok-kelompok kekerasan di Venezuela," kata Ramirez, setelah menunjukkan foto vandalisme dan kekerasan yang ia salahkan pada kelompok oposisi.
Duta Besar Bolivia untuk PBB Sacha Sergio Llorentty Soliz, setuju dengan pendapat Ramirez.
"Pertemuan ini, alih-alih membantu memecahkan masalah, malah benar-benar akan menjadi masalah," ujarnya.