Kabar24.com, JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak pada Kamis (11/5/2017) meminta para anggota partai berkuasa dan pendukungnya untuk bersiap-siap akan adanya pemilihan.
Ini menjadi pertanda kuat akan kemungkinan bahwa dia mungkin menyerukan diadakannya pemilihan yang lebih cepat.
Masa kepemimpinan Najib akan berakhir pada paruh kedua tahun depan. Dia sedang berusaha agar bisa kembali memperoleh mandat kepemimpinan seiring dengan skandal keuangan bernilai jutaan dolar yang dia hadapi, serta adanya pemberontakan internal oleh mantan mentornya.
"Saya ingin bertanya kepada Anda sekalian, apakah kita cukup kuat? ... Inilah semangat yang kita perlu," katanya dihadapan 87.000 hadirin di Kuala Lumpur seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/5/2017).
Puluhan ribu anggota partai mengenakan pakaian merah, warna yang merupakan simbol partai tersebut, memenuhi tribun stadion, bersorak dan dan menyanyikan hymne partai selama beberapa jam sembari menunggu Najib muncul dan menyampaikan pidato.
Selebrasi yang dilaksnakan pada Kamis tersebut merupakan salah satu yang terbesar sejak dia menjabat sebagai Perdana Menteri pada 2009.
"Anda semua telah berkumpul di sini, sebagai simbol bahwa partai kita merupakan yang terbesar di tanah Malaysia," kata Najib.
Pemilu Malaysia tidak akab berlangsung hingga 2018. Namun, setelah berhasil menghindar dari jeratan skandal dana negara terkait 1 Malaysia Development Berhad, Najib diprediksi akan memanfaatkan kecamuk yang sedang melanda partai oposisinya dan menyerukan adar pemilihan busa dilaksanakan tahun ini.
Kendati Najib diprediksi besar akan keluar sebagai pemenang, tetapi dia tidak punya ruang manuver yang besar. Partai Barisan Nasional yang dipimpin UMNO menang tipis dalam pemilu 2013, dan jika suara mayoritasnya tergerus lebih dalam, Najib berpotensi menghadai tantangan kepemimpinan internal.
Pada 2015, Najib menghadapi ujian kepemimpinan terbesar terkait dugaan penyalahgunaan dana jutaan dolar dari 1MDB.
Mantan mentornya yang berubah menjadi kritikus, Mahatir Mohamad, saat ini memimpin kampanye partai oposisi untuk menjegalnya.