Bisnis.com, PADANG—Pemerintah Provinsi Sumatra Barat memprioritaskan pengembangan komoditas kopi asal daerah itu untuk masuk pasar yang lebih luas, terutama pasar ekspor.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Candra menyebutkan komoditas kopi merupakan salah satu komoditas unggulan daerah itu, selain cokelat, teh, dan gambir.
“Kami akan prioritaskan pemasaran kopi lokal supaya bisa masuk pasar internasional. Dengan menggandeng AEKI [Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia] untuk meningkatkan pemasaran kopi Sumbar,” katanya, Rabu (26/4/2017).
Dia menyebutkan, untuk tahap awal diperlukan bimbingan bagi kelompok tani meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi yang dihasilkan.
Menurutnya, pembinaan dilakukan dari proses pemilihan bibit yang berkualitas, penanaman, pemeliharaan hingga proses pemanenan mengingat kualitas kopi sangat tergantung pada cara panennya.
Untuk kopi, imbuhnya, dalam proses pemanenan harus dilakukan secara selektif. Hanya kopi yang berwarna merah yang dipanen dan kemudian diolah menjadi serbuk kopi.
Menurut Cendra, proses itu dilakukan untuk memberikan nilai tambah, terutama pada jenis Arabika, sehingga mampu menembus pasar internasional. Jenis Arabika direkomendasikan untuk dipasarkan ke mancanegara karena rasanya disukai wisatawan.
Untuk diketahui, harga pasaran kopi di daerah itu berkisar Rp70.000 per kilogram dalam bentuk biji kopi, dan Rp200.000 per kilogram dalam bentuk bubuk dengan kemasan.
Adapun, areal perkebunan kopi di Sumbar sebanyak 21.053 hektare untuk jenis Arabika dan 21.873 hektare untuk jenis Robusta. Perekbunan tersebut terdapat di sejumlah daerah, yaitu Kabupaten Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, Agam, Limapuluh Kota, dan Pasaman Barat.
Ekspor kopi Sumbar sudah dimulai sejak 2013 dengan menembus pasar Australia, Italia, Thailand, dan Amerika Serikat.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar Zirma Yusri menyebutkan lembaganya melakukan branding Kopi Minang untuk mengenalkan produk kopi asal daerah itu.
“Untuk mengenalkan kopi asal Sumbar, perlu di-branding lagi, kami kenalkan Kopi Minang untuk mengisi pasar lokal dan nasional,” katanya.
Dia mengatakan kualitas kopi asal Sumbar dikenal bagus dan mampu bersaing dengan produk kopi dari daerah lainnya. Namun, masih minim soal kemasan dan pemasaran.
Zirma mengatakan pemda akan memfasilitasi peningkatan kemasan dengan menambah brand Kopi Minang kepada pelaku usaha lokal yang sudah mengembangkan kopi olahan, tanpa menghilangkan merek lokal milik masyarakat.
“Misalnya yang di Solok Selatan, ada Kopi Jangguik. Nanti kami dorong ubah kemasan dengan menambahkan Kopi Minang untuk memberikan identitas dengan tetap ada brand Kopi Jangguik-nya,” kata Zirma.