Bisnis.com, SEMARANG—Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut ada di kisaran 5,5% hingga 5,9% pada triwulan II/2017.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo mengatakan pertumbuhan tersebut akan terdorong sektor konsumsi rumah tangga yang meningkat menjelang Lebaran. Adapun pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 5,7%.
Sebabnya, pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar terhadap distribusi produk domestik regional bruto (PDRB). Sebagai gambaran, mengutip data dari Bank Indonesia Jateng, pada 2016 kontribusinya mencapai 61%.
“Karena pada triwulan kedua tahun ini ada hari besar keagamaan sehingga tentu konsumsi meningkat ini memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini proyeksi jangka pendek tapi ketika konsumsi naik pengaruhnya besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jateng,” katanya, Selasa (21/3/2017).
Ditanyai terkait target pertumbuhan ekonomi Jateng sepanjang tahun ini, Hamid menyebut masih dirumuskan pihaknya. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I/2017 dia enggan memberikan proyeksi karena periode tersebut sebentar lagi akan berakhir.
Selain karena konsumsi yang akan terkatrol, dia pun mengatakan pertumbuhan ekonomi pada periode April-Juni 2017 akan terkerek pula oleh pengeluaran konsumsi pemerintah. Pada tahun lalu sektor tersebut berkontibusi sekitar 8,05% terhadap distribusi PDRB Jateng.
Di sisi lain, ke depan pihaknya berharap Jawa Tengah dapat mengatrol raihan ekspor dan menarik sebanyak-banyaknya investor untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, menurutnya pembangunan infrastruktur harus terus ditingkatkan terlebih pelabuhan agar ekspor dari Jawa Tengah tidak dilakukan di Surabaya.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun ini menurutnya akan diiringi dengan inflasi yang berpotensi meningkat. Terlebih, pemerintah dalam jangka waktu dekat akan menaikan kembali .tarif dasar listrik.
“Sehingga pada 2017 ini inflasi bisa lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada 2016 lalu. Harga kebutuhan pokok akan naik tapi akan kami awasi sehingga tetap dalam koridor dan inflasi tidak berfluktuatif,” tuturnya.
Sebagai gambaran, inflasi di Jateng pada 2016 sebesar 2,36%. Jumlah itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 3,02%.
Inflasi di Jateng pada 2016 pun lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,73%. Inflasi di Jateng pada 2016 tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan inflasi provinsi besar lainnya di kawasan Jawa, seperti Jawa Barat sebesar 2,75% dan Jawa Timur 2,73%.