Kabar24.com, JAKARTA - Badan Intelijen Sinyal Inggris (GCHQ) secara tegas membantah tudingan juru bicara Gedung Putih bahwa agen mata-mata Inggris tersebut telah membantu mantan presiden Obama menyadap telepon Presiden Donald Trump selama masa kampanye lalu.
“Tudingan yang disampaikan komentator media bidang hukum Andrew Napolitano soal GCHQ yang diminta untuk menyadap Trump tidak berdasar,” ujar seorang juru bicara GCHQ dalam sebuah pernyataannya. Disebutkan bahwa tudingan itu aneh dan dianggap tidak ada.
Pekan ini, Napolitano, analis hukum dari televisi Fox News mengatakan dalam wawancara televisi bahwa tiga sumber intelijen mengonfirmasi bahwa pemerintah Obama menggunakan GCHQ untuk memata-matai Trump. Dengan cara itu tidak ada jejak keterlibatan orang AS dalam operasi tersebut sebagaimana dikutip Theguardian.com, Jumat (17/3/2017).
Sean Spicer, juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa Obama telah menyadap hubungan telepon Trump pada tahun lalu. Tuduhan itu diperkuat oleh pernyataan Napolitano yang turut memvalidasi klaim Trump.
Para agen intelijen Inggris dan AS selama ini bekerja sama dengan baik. Bersama mitranya Australia, Selandia Baru dan Kanada mereka merupakan anggota Five Eyes dalam bentuk kerja sama intelijen.
Berdasarkan dokumen yang dirilis oleh whistleblower, Edward Snowden, para pejabat Inggris membolehkan mitranya dari AS untuk menyimpan dan menganalisa rekaman internet dan email warga Inggris.
Snowden juga menyatakan bahwa Agen Nasional AS (NSA) membayar senilai 100 juta poundsterling kepada GCHQ secara rahasia untuk operasi itu.