Kabar24.com, KUALA LUMPUR - Hubungan diplomatik antara Malaysia dan Korut nampaknya semakin panas.
Pemerintah Malaysia, Sabtu (25/2/2017), menyatakan akan mengeluarkan surat penangkapan terhadap seorang diplomat Korea Utara yang dicari untuk diperiksa atas pembunuhan Kim Jong Nam jika tidak bekerja sama atas kemauan sendiri dengan pihak kepolisian setempat.
Pada awal pekan ini, Malaysia menyebutkan bahwa Hyon Kwang Song yang menjabat sekretaris kedua Kedutaan Korut di Kuala Lumpur sedang dicari untuk keperluan pemeriksaan atas kematian kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong Un yang sedang dalam pengasingan itu.
Sangat masuk akal bagi diplomat tersebut untuk datang sebelum polisi bertindak lebih jauh, demikian kata Kepala Kepolisian Negara Bagian Selangor, Abdul Samah Mat.
Samah menyatakan bahwa jika seseorang berniat tidak mau bekerja sama dengan polisi maka segera keluar peringatan sesuai dengan hukum yang berlaku di Malaysia sehingga memaksa mereka untuk menyerah sebelum ditangkap tim investigasi.
"Jika dia tidak juga datang setelah keluarnya surat peringatan ini, maka kami akan menempuh langkah selanjutnya dengan meminta surat penangkapan dari pihak pengadilan," katanya kepada sejumlah wartawan.
Pihaknya tidak bisa menjelaskan kenapa pejabat kedutaan itu tidak ditahan sejak polisi menyatakan bahwa dia memiliki kekebalan diplomatik.
Sebanyak delapan warga negara Korut jadi buronan terkait dengan kasus tersebut, termasuk seorang diplomat itu. Satu orang ditahan oleh polisi Malaysia, empat diyakini melarikan diri ke Korut, sedangkan dua lainnya masih berada di Malaysia.
Polisi berupaya melokalisasi delapan tersangka selain seorang warga negara Korut, Ri Ji U, yang keberadaannya tidak diketahui, demikian kata Samah, Sabtu.
Kim Jong Nam dibunuh di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Sabtu, dengan menggunakan VX, senyawa kimia yang digolongkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai senjata pembunuh massal, demikian kata Kepolisian Malaysia, Jumat (24/2).
Dua perempuan (satu dari Indonesia dan satu dari Vietnam) juga ditahan. Pihak kepolisian, Jumat (24/2), menyatakan bahwa keduanya terkena dampak dari zat racun VX itu dan mengalami muntah-muntah.
Sejumlah pejabat Kedutaan Indonesia bertemu Siti Aisyah, pelaku berkebangsaan Indonesia, Sabtu, dan dia mengaku telah dibayar 400 ringgit Malaysia (Rp1,2 juta) atas keterlibatannya dalam tindakan yang diyakini sebagai bahan candaan itu.
"Secara umum dia hanya mengatakan bahwa seseorang memintanya untuk melakukan perbuatan itu...Dia mengaku diberi sejenis minyak, seperti minyak telon," kata Wakil Duta Besar RI Andreano Erwin kepada sejumlah wartawan setelah bertemu Aisyah dengan menambahkan bahwa dia belum mendapatkan tuntutan atas perbuatannya itu.
Sejumlah pejabat Vietnam juga bertemu dengan pelaku sebangsanya, namun mereka menolak memberikan komentar.
Rekaman yang disiarkan pada awal pekan ini oleh televisi Jepang, Fuji TV, menunjukkan bahwa dua perempuan menyergap korban yang sedang bersiap terbang menuju Makau, wilayah teritorial China.
Mereka terlihat memiting korban dan dengan cepat berjalan menuju arah yang berbeda. Potongan video selanjutnya menunjukkan bahwa korban meminta petugas bandara untuk memberikan pertolongan medis.
Pihak kepolisian Malaysia menyatakan bahwa dua perempuan tersebut telah dilatih melakukan penyerangan itu sebelum mengeksekusinya dan diperintahkan untuk mencuci kedua tangannya setelah menunaikan tugasnya.
Samah juga memastikan bahwa pihak berwajib menggerebek salah satu apartemen kelas atas di pinggiran Kota Kuala Lumpur pada awal pekan ini terkait kasus pembunuhan tersebut.
Para penyidik masih mencari jejak bahan kimia tersebut di apartemen itu, demikian dia menambahkan.
Pihak berwajib juga menyisir lokasi yang mungkin telah didatangi oleh para tersangka, demikian kata Samah.
Kim Jong Nam dibunuh di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Sabtu, dengan menggunakan VX, senyawa kimia yang digolongkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai senjata pembunuh massal, demikian kata Kepolisian Malaysia, Jumat (24/2).
Dua perempuan (satu dari Indonesia dan satu dari Vietnam) juga ditahan. Pihak kepolisian, Jumat (24/2), menyatakan bahwa keduanya terkena dampak dari zat racun VXitu dan mengalami muntah-muntah.
Sejumlah pejabat Kedutaan Indonesia bertemu Siti Aisyah, pelaku berkebangsaan Indonesia, Sabtu, dan dia mengaku telah dibayar 400 ringgit Malaysia (Rp1,2 juta) atau keterlibatannya dalam tindakan yang diyakini sebagai bahan candaan itu.
"Secara umum dia hanya mengatakan bahwa seseorang memintanya untuk melakukan perbuatan itu...Dia mengaku diberi sejenis minyak, seperti minyak telon," kata Wakil Duta Besar RI Andreano Erwin kepada sejumlah wartawan setelah bertemu Aisyah dengan menambahkan bahwa dia belum mendapatkan tuntutan atas perbuatannya itu.
Sejumlah pejabat Vietnam juga bertemu dengan pelaku sebangsanya, namun mereka menolak memberikan komentar.
Rekaman yang disiarkan pada awal pekan ini oleh televisi Jepang, Fuji TV, menunjukkan bahwa dua perempuan menyergap korban yang sedang bersiap terbang menuju Makau, wilayah teritorial China.
Mereka terlihat memiting korban dan dengan cepat berjalan menuju arah yang berbeda. Potongan video selanjutnya menunjukkan bahwa korban meminta petugas bandara untuk memberikan pertolongan medis.
Pihak kepolisian Malaysia menyatakan bahwa dua perempuan tersebut telah dilatih melakukan penyerangan itu sebelum mengeksekusinya dan diperintahkan untuk mencuci kedua tangannya setelah menunaikan tugasnya.
Samah juga memastikan bahwa pihak berwajib menggerebek salah satu apartemen kelas atas di pinggiran Kota Kuala Lumpur pada awal pekan ini terkait kasus pembunuhan tersebut.
Para penyidik masih mencari jejak bahan kimia tersebut di apartemen itu, demikian dia menambahkan.
Pihak berwajib juga menyisir lokasi yang mungkin telah didatangi oleh para tersangka, demikian kata Samah.