Bisnis.com, JAKARTA – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang lolos keputaran dua harus lebih fokus meraih simpati golongan putih dibandingkan memperebutkan koalisi massa Agus-Sylvi yang tersingkir.
Masykurudin Hafidz, Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) mengatakan dalam Pilkada DKI Jakarta kali ini, partisipasi pemilih naik signifikan dibandingkan Pilkada sebelumnya. Dalam Pilkada kali ini partisipasi pemilih mencapai 78% atau naik 8%. Sedangkan angka Golput sebesar 22 %, lebih tinggi dari perolehan suara pasangan calon nomor 1 Agus-Sylvi yang memperoleh 17 %.
Masykurudin mengatakan hasil hitung cepat dan rekapitulasi C1 yang tidak jauh berbeda mempercepat perbincangan di tingkat elite soal peta koalisi dukungan selanjutnya. Adanya putaran kedua, menimbulkan pertanyaan ke mana suara Agus Sylvi berlabuh dan ke mana partai politik pendukungnya mengalihkan dukungan. Padahal, kata dia, perolehan suara pasangan calon tidak selalu berbanding lurus dengan perolehan partai politik koalisi.
Ia mengatakan sebagai contoh, perolehan suara Agus Sylvi dalam rekapitulasi C1 KPU pada 17 Februari pukul 11.30 mendapatkan 895.113 suara. Jumlah ini 95% data masuk. Sementara jika dibandingkan dengan gabungan antara Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN perolehan suara di DPRD mencapai 1.246.069.
“Hal ini menunjukkan, pertimbangan dalam memilih berdasar dari banyak faktor,” kata Masykurudin di Jakarta, Minggu (19/2/2017).
Ini artinya, kata dia, dalam menentukan pilihan masyarakat Jakarta tidak hanya mendasarkan satu pertimbangan. Koalisi partai politik pendukung hanya menjadi salah satu referensi dalam menentukan pilihan. Selain itu, dari pada berfokus pada suara limpahan pasangan Agus-Sylvi ia mengingatkan terdapat potensi 22% pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya.
“Terdapat 1,5 juta suara pemilih yang tidak hadir di TPS yang sangat potensial untuk menentukan pilihan di putaran 2 nanti,” katanya.
Ia menambahkan pasangan calon harus dapat meyakinkan kelompok golongan putih untuk datang ke TPS dan menentukan pilihannya. Oleh karena itu, dalam masa kampanye putaran kedua berikutnya, pasangan calon perlu lebih kuat menajamkan visi, misi dan programnya untuk meyakinkan pemilih golongan putih.
“Meyakinkan masyarakat agar datang ke TPS untuk membuktikan pilihannya jauh lebih mudah daripada berusaha mengubah pilihan sebelumnya,” katanya.