Bisnis.com, PADANG—Badan Pusat Statistik mencatatkan pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat 2016 hanya 5,26% lebih rendah dari pencapain tahun sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 5,52%.
Kepala BPS Sumbar Sukardi mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi itu disebabkan dari sisi produksi dengan melambatnya sektor pertanian yang hanya tumbuh 1,96% dan dari sisi pengeluaran disebabkan melambatnya komponen pengeluaran pemerintah yang hanya tumbuh 1,20%.
“Pertumbuhan ekonomi Sumbar tercatat 5,26%, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang hanya 5,02%,” ujarnya, Senin (6/2/2017).
Dia mengungkapkan cuaca ekstrem sepanjang tahun lalu berpengaruh terhadap produksi sektor pertanian terutama produksi tanaman pangan, beras, cabai merah, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sektor pertanian mengalami perlambatan cukup signifikan dibandingkan tahun 2015 yang masih tumbuh 4,36%. Padahal kontribusi sektor itu terhadap struktur perekonomian Sumbar masih yang paling besar sekitar 24%.
Begitu juga dengan belanja pemerintah, efisiensi dan pengetatan anggaran menyebabkan terjadi perlambatan 1,20%, padahal di tahun sebelumnya pengeluaran pemerintah masih tumbuh 4,36%.
Adapun, pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun lalu ditopang meningkatnya laju pertumbuhan di sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 11,15%, sektor pengadaan listrik dan gas tumbuh 10,94%, dan informasi dan komunikasi tumbuh 9,17%.
Sedangkan struktur perekonomian daerah itu masih didominasi pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 24,06%, sektor perdagangan besar eceran dan reparasi mobil sepeda motor sebesar 14,90% dan transportasi dan pergudangan 12,26%.
Pertumbuhan ekonomi tersebut masih sesuai prediksi Bank Indonesia yang memproyeksikan ekonomi Sumbar hanya berada di kisaran 5,2% - 5,6%.
Puji Atmoko, Kepala Bank Indonesia Sumbar menilai masih ketatnya tekanan ekonomi dan belum pulihnya harga komoditas tahun lalu menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah itu belum meningkat signifikan.
“Tahun ini semoga lebih baik. Kami proyeksikan di kisaran 5,3% - 5,7%, peluangnya masih terbuka lebar,” ujarnya.
Dia mengatakan potensi pertumbuhan ekonomi Sumbar 2017 masih terbuka lebar, meski pemulihan ekonomi dalam negeri belum optimal dan tekanan ekonomi global masih mengintai.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi masih bisa dimaksimalkan asalkan pemda mampu mengoptimalkan belanja pemerintah, serta mendorong peningkatan investasi ke daerah itu.
Meski prediksi BI cenderung stagnan, Pemprov Sumbar menargetkan pertumbuhan ekonomi daerah itu mampu mencapai angka 6,16% dengan proyeksi inflasi di kisaran 4,5% plus minus 1%.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan target pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kesepakatan bersama pemerintah dan DPRD Sumbar yang optimistis terhadap peluang pertumbuhan daerah itu.
“Kami sepakat dengan proyeksi BI, tetapi kami juga yakin akan tumbuh lebih bagus, dan harus diusahakan,” katanya.
Irwan mengatakan sejumlah strategi yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan penyerapan anggaran, meningkatkan investasi, menjaga laju inflasi, dan memalsimalkan pengembangan potensi daerah, terutama sektor pariwisata dan energi.