Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pembangunan resort berkategori bintang enam di Bali atas kemitraan grup hotel Trump milik miliuner Donald Trump dengan MNC Group milik taipan Hary Tanoesoedibjo memicu kegelisahan warga lokal.
Digadang-gadang sebagai resort mewah dan termegah di Asia, properti itu rencananya akan dilengkapi menara dan lapangan golf dengan standard lebih tinggi dari yang pernah ada. Kelak, resort tersebut akan diberi nama Trump International Hotel and Tower Bali.
Namun, pembangunan yang ditargetkan mulai awal 2018 dan berlokasi dekat Pura Tanah Lot tersebut berisiko memicu kemarahan warga lokal. Hal itu terlepas dari langkah Trump memisahkan diri dari kerajaan bisnisnya.
Di pulau dewata, tinggi setiap bangunan diperbandingkan dengan pohon-pohon kelapa. Apapun yang lebih tinggi daripadanya dipercaya melanggar adat dan agama Hindu yang dianut mayoritas penduduk Bali.
“Saya akan sangat mendukung untuk menentang pembangunan baru apapun yang dapat berdampak pada pura. Hal-hal seperti ini sensitif di Bali. Warga Bali cenderung tidak berbicara terus-terang, namun ini terkait dengan kesucian pura yang sangat sensitif,” kata I Gusti Ngurah Sudiana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali, seperti dilansir Bloomberg (Rabu, 25/1/2017).
Dalam pernyataan sebelumnya, Trump Organization mengatakan resort tersebut akan menyuguhkan pemandangan Samudera Hindia dan pura Tanah Lot serta memberi kemewahan baru untuk Bali.
Di saat perencanaan hotel masih dalam tahap desain, muncul keresahan dari penduduk setempat terkait penampilan resort yang mereka nilai akan menimbulkan ketidaknyaman warga.
Sejumlah warga mempertanyakan keterangan pada materi promosi tentang menara yang akan dibangun. Sementara itu, pihak MNC menyatakan tingginya bangunan tersebut belum ditentukan.
Tersiar pula kabar bahwa hotel tersebut akan dibangun lebih besar dari rencana semula dan karenanya dapat memicu pembelian lahan pertanian di sekitarnya.
Wakil Presiden MNC Land Budi Rustanto mengatakan bahwa area resort tersebut kemungkinan akan diperluas dari 106 hektar menjadi 140 hektar. Namun, dia tidak menjelaskan seberapa banyak lahan tambahan yang perlu dibeli.
Kadek Sudiasi, 42, warga yang tinggal di sebelah timur area resort selama lebih dari 40 tahun menegaskan bahwa ia tidak akan menjual sawahnya untuk MNC, berapapun uang yang ditawarkan.
“Ini adalah cara bagi orang kaya untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan menawarkan uang untuk memuluskan jalan bagi diri mereka sendiri. Saya berencana untuk membeli lebih banyak lahan untuk diberikan kepada anak-anak saya, bukan menjualnya. Uang bisa dicari lagi, tetapi tanah terbatas,” ucapnya.