Bisnis.com, JAKARTA-Kebayoran Baru adalah kawasan yang merupakan kecamatan di Jakarta Selatan, sebagai perluasan dari wilayah Kebayoran Lama.
Sebagian besar kawasannya adalah daerah permukiman, meskipun beberapa bagiannya menjadi daerah pertokoan, misalnya Blok M dan pusat bisnis yaitu Sudirman Business District, di mana Bursa Efek Indonesia berlokasi di situ.
Di Kecamatan Kebayoran Baru berdiri gedung Balaikota Jakarta Selatan, markas besar Kepolisian RI, gedung pusat Kejaksaan Agung RI, dan juga gedung Sekretariat Jendral ASEAN.
Selain itu Kebayoran Baru juga memiliki satu terminal bus dalam kota yakni terminal bus Blok M, yang melayani kendaran menuju ke hampir semua wilayah di Ibu Kota.
Bagaimana asal usul nama Kebayoran Baru? Zaenuddin HM, menjelaskan dalam bukunya “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman, yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012.
Dijelaskan, nama Kebayoran berasal dari kata “bayur” yakni sejenis pohon kayu (petrospermun javanicum) yang banyak tumbuh di kawasan tersebut. Pohon bayur yang sudah tinggi dan besar kemudian ditebang.
Setelah ditebang, kayu-kayun bayur itu ditumpuk di sebuah tampat. Nah, tempat penumpukan atau penimbunan kayu bayur itulah kemudian dijadikan pembentuk kata “kebayuran” atau “kebayoran” yang akhirnya menjadi Kabayoran.
Wilayah Kabayoran Baru dirancang oleh arsitek H Mohammad Soesilo pada 1948. Soesilo adalah murid Thomas Karsten, arsitek Hidia Belanda yang ikut merancang kota Bandung, Malang, dan Bogor pada masa penjajahan.
Konsep yang digunakan adalah “kota taman,” konsep yang banyak dipakai oleh para pengembang properti modern. Dalam konsep ini ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik mendapat perhatian khusus.
Lokasi yang dipilih adalah daerah dekat dengan Stasiun Kebayoran. Adapun peletakan batu pertama Kebayoran Baru dilakukan pada 8 Maret 1949, dan proyek selesai pada 1955. Demikianlah.