Bisnis.com, PADANG—Bank Indonesia menyatakan pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal ketiga tahun ini, sebesar 4,82% merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko menyebutkan lemahnya belanja pemerintah dan penurunan investasi ikut berkontribusi menyebabkan rendahnya pertumbuhan.
“Triwulan ketiga hanya tumbuh 4,82%. Pertumbuhan ini merupakan level terendah historis pertumbuhan triwulan tiga selama lima tahun terakhir,” katanya, Selasa (6/12/2016).
Menurutnya, kebijakan pengetatan anggaran melalui penundaan dana transfer daerah dan belum maksimalnya kontribusi investasi menyebabkan perlambatan pertumbuhan. Juga kontraksi ekspor yang masih berlanjut.
Penyebab paling dalam tentu saja dari sisi lapangan usaha, dengan anjloknya pertumbuhan sektor pertanian 1,09% menyebabkan produksi komoditas pangan terganggu.
Cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir yang berujung kemarau panjang di beberapa daerah, menyebabkan gagal panen di Sumbar.
Secara umum, BI masih meyakini pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun ini bisa melaju di kisaran 5,2% - 5,6% di akhir tahun.
Untuk tahun depan, otoritas moneter tersebut memperkirakan ekonomi Sumbar masih akan tumbuh 5,3% - 5,7%. Belum optimalnya proyeksi pertumbuhan dinilai karena belum pulihnya harganya komoditas.
Puji menilai potensi pertumbuhan ekonomi daerah itu masih terbuka lebar, meski pemulihan ekonomi dalam negeri belum optimal dan tekanan ekonomi global masih mengintai.
“Peluangnya masih terbuka lebar. Syaratnya, tentu dengan mengoptimalkan belanja pemerintah, mendorong investasi, dan mengembangkan potensi lainnya, seperti pariwisata dan UMKM,” ujarnya.