Kabar24.com, PADANG—Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mengklaim sudah memiliki kesiapan untuk meminimalisir potensi kerusakan dan korban jiwa jika bencana gempa bumi kembali terjadi di daerah itu.
“Sejauh ini kami sudah cukup siap untuk meminimalisir kemungkinan bencana gempa dan tsunami. Gempa 2009 di Sumbar, memberikan pelajaran sangat berharga bagi kami,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Nasridal Patria, Rabu (7/12/2016).
Dia mengatakan Sumbar sudah memiliki kontingensi plan guna menghadapi ancaman bencana di daerah itu. “Semuanya lengkap dalam rencana kontingensi untuk menghadapi bencana. Masing-masing instansi harus lakukan apa sudah lengkap,” katanya.
Nasridal mengungkapkan kesiapan paling mendasar untuk menghadap ancaman bencana gempa dan tsunami adalah kesiapan masyarakatnya. Makanya pemda memprioriskan sosialisasi dan gerakan bersama mengatasi bencana.
Setiap daerah di Sumbar, katanya, sudah memiliki kelompok siaga bencana (KSB) di tingkat desa yang menjadi ujung tombak untuk sosialisasi dan memenej masyarakat paling bawah saat bencana terjadi.
Selain itu, tentu saja kesiapan infrastruktur yang ramah bencana. Pasca gempa 2009, Nasridal menyebutkan sudah aturan bahwa bangunan baru yang dibangun di daerah itu harus mengikuti standar tahan terhadap gempa dengan skala 9 SR.
Termasuk juga menyediakan shelter (tempat evakuasi) bagi bangunan yang berada di kawasan pantai, sebagai tempat pertolongan pertama untuk bencana gempa yang disusul tsunami.
Saat ini jumlah shelter yang ada di daerah itu sebanyak 20 unit, yang dibangun oleh pemda, dan sejumlah bangunan swasta. Pemda setempat juga mendorong bangunan pemerintah, fasilitas rumah ibadah, sekolah, dan gedung swasta dilengkapi shelter.
Berkaca pada pengalaman gempa 2009, dia mengatakan pemulihan bencana jangka pendek membutuhkan waktu setidaknya 1 tahun, agar pelayanan publik, dan aktifitas ekonomi masyarakat kembali optimal.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menilai gempa yang terjadi di Kabupate Pidie, Aceh tidak akan memicu gerakan atau potensi gempa di sesar lainnya di wilayah Sumatra.
Rahmat Triyono, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang menyebutkan gempa Pidie berasal dari sesar Samalanga-Sipopok yang tidak bersentuhan dengan sesar Semangka yang memanjang dari Aceh hingga Lampung.
“Tidak. Gempa Pidie tidak akan memicu potensi gempa di Sumbar, juga di daerah lain, karena sesarnya beda,” katanya.
Selain jalur patahan gempa berbeda, jarak episentrum gempa juga terlalu jauh untuk memicu gempa di titik lainnya. Bahkan, imbuh Rahmat, jika pun gempa Aceh berada dalam sesar Semangka, jaraknya sangat jauh untuk menyebabkan gempa di Nias, Sumbar, maupun Bengkulu.
Meski begitu, dia meminta pemerintah daerah dan masyarakat tetap mewaspadai potensi gempa. Apalagi, Pulau Sumatra, terutama kawasan pantai barat sangat rentan terhadap bencana gempa.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,4 SR terjadi di Aceh, tetapatnya terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT. Berada pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 10 km di Kabupaten Pidie Jaya.
Gempa bumi tersebut juga cukup keras dirasakan masyarakat di Kota Banda Aceh serta Aceh Besar, dan terasa di Aceh Jaya, Meulabaloh, Aceh Barat, dan Kota Sabang.