Bisnis.com, PADANG—Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal III/2016 diluar prediksi Bank Indonesia, yang meyakini pertumbuhan ekonomi daerah itu masih di atas 5%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan angka rilis BPS soal pertumbuhan ekonomi Sumbar diluar prediksinya.
“Yang mengejutkan dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian ini turun. Padahal kontribusinya mencapai 24%, dampaknya besar,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (7/11/2016).
Dia menjelaskan, dari sektor pertanian itu 30% merupakan tanaman pangan. Kemudian 80% dari tanaman pangan itu adalah padi yang juga mengalami penurunan sekitar 5%.
Puji mengakui cuaca esktrem yang terjadi dalam beberapa bulan belakangan berkontribusi mengganggu produksi padi dan tanaman pangan lainnya.
Sebelumnya, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumbar di kisaran 5,6% - 5,9%. Dengan perlambatan di kuartal ketiga, estimasi pertumbuhan kemungkinan besar dikoreksi lebih rendah.
“Mungkin ada koreksi, tetapi perkiraan kami masih di atas 5%. Karena kan di akhir tahun penyerapan belanja pemerintah juga lebih optimal,” katanya.
Adapun, kontraksi sektor pertanian menjadi penyumbang perlambatan ekonomi Sumbar yang hanya tumbuh 4,82%. Pencapaian itu bahkan lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 4,93%.
Hefinanur, Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumbar menyebutkan perlambatan pertumbuhan itu ditopang anjloknya sektor pertanian atau minus 1,09%, padahal sektor itu berperan paling besar dalam pembentukan PDRB Sumbar yang porsinya mencapai 24%.
“Selama triwulan III itu, untuk pertanian memang menurun produksinya, terutama padi sampai turun 5%, karena disebabkan cuaca ekstrem,” katanya.
Menurutnya, cuaca di daerah itu dalam beberapa bulan terakhir memang terbilang ekstrem. Sejumlah daerah seperti Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota dan Pasaman mengalami kemarau berkepanjangan dan menyebabkan gagal panen.
Begitu juga dengan sejumlah daerah lainnya di pesisir pantai barat Sumatra mengalami hujan terus menerus yang menyebabkan terjadinya gagal panen di beberapa tempat.
Selain pertanian, dari sisi pengeluaran, pemotongan dana alokasi umum (DAU) serta efisiensi yang dilakukan pemerintah pusat menyebabkan belanja pemerintah atau pengeluaran komsumsi pemerintah terkontraksi 1,78%.
Adapun, pertumbuhan ekonomi Sumbar kuartal III/2016 ditopang meningkatnya pengadaan listrik dan gas sebesar 14,02%, informasi dan komunikasi 11,07%, dan penyediaan akomodasi dan makan minum 10,44%.
Sedangkan pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar masih didominasi sektor pertanian kehutanan dan perikanan sebesar 23,74%, perdagangan 14,95%, dan transportasi dan pergudangan 12,50%.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumbar dipengaruhi naiknya pengeluaran konsumsi lembaga non profit sebesar 5,17%, konsumsi rumah tangga 4,42%, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 2,94%.
Meski mengalami perlambatan pertumbuhan, konsumen Sumbar cenderung lebih optimistis terhadap perbaikan ekonomi di kuartal penghujung tahun ini. Terbukti dengan perkiraan indek tendensi konsumen (ITK) 106,28 poin.