Kabar24.com, PADANG—Bank Indonesia meyakini laju inflasi Sumatra Barat tahun ini bisa lebih terkendali di kisaran 5% plus minus 1%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan pergerakan inflasi Sumbar tahun ini cenderung di bawah nasional, meski sejumlah komoditas begitu menonjol menyebabkan inflasi terkerek.
“Ada beberapa komoditi langganan inflasi yang perlu terus diperhatikan pasokannya. Tetapi secara keseluruhan inflasi Sumbar cukup terkendali. Kisaran tahun ini di angka 5%, mungkin bisa di bawah itu,” katanya, Senin (3/10/2016).
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis inflasi di dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar yakni Padang dan Bukittinggi mengalami inflasi masing-masing 0,58% dan 1,11%.
Komoditas penyumbang utama inflasi daerah itu adalah cabai merah yang mengalami perubahan harga dari bulan sebelumnya sebesar 49,55% di Bukittinggi dan 16,70% di Padang.
Selain itu, komoditas cabai hijau juga meningkat 20,90% di Padang dan 23,99% di Bukittinggi. Selain cabai, komoditas yang mengalami inflasi di daerah itu adalah jengkol, apel, rokok kretek filter, rokok kretek, beras, teri, bahan bakar rumah tangga, dan sejumlah komoditi lainnya.
Secara keseluruhan laju inflasi Padang year on year (yoy) sebesar 5,07% dan Bukittingi 5,33%. Sedangkan inflasi yang dihitung mengikuti laju tahun kalender sebera 3,19% di Padang dan 3,03% untuk Bukittinggi.
Kenaikan harga sejumlah komoditas penyumbang inflasi itu, juga sejalan dengan meningkatnya nilai tukar petani (NTP) Sumbar sebesar 0,07% menjadi 97,81 poin dari bulan sebelumnya 97,13 poin.
Indeks harga yang diterima petani juga meningkat 1,30%, lebih tinggi dari indeks yang harus dibayarkan petani yang juga naik 0,60%.