Kabar24.com, JAKARTA —Ini bisa jadi tindakan ketiga yang dilakukan Duterte untuk menyakiti Amerika Serikat setelah pernyataannya soal Obama dan keinginannya mengusir pasukan khusus AS dari Filipina Selatan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mempertimbangkan untuk membeli senjata dari Rusia dan China sembari mengakhiri patroli gabungan dengan tentara Amerika di Laut China Selatan.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Selasa (13/9/2016) di hadapan para pejabat militer Duterte mengatakan bahwa dua negara, tanpa menyebutkan negara mana yang dimaksud, telah setuju untuk menyediakan pinjaman lunak bertenor 25 tahun bagi Filipina untuk keperluan pembelian peralatan militer.
Beberapa waktu kemudian dia mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dan sejumlah orang yang mengerti hal teknis dari angkatan bersenjata akan mengunjungi China dan Rusia.
Meskipun Duterte mengatakan bahwa dia tidak akan memutuskan hubungan dengan sekutu-sekutunya saat ini, pernyataan yang disampaikan dalam pidatonya menjadi sinyal adanya pergeseran hubungan yang terikat dalam perjanjian terkait pertahanan antara Filipna-Amerika yang sudah terjalin sejak 1951.
Sejak terlibat dalam perseteruan dengan Presiden Amerika Barack Obama minggu lalu, Duterte mengecam pembunuhan yang dilakukan oleh para tentara Amerika dan menyerukan agar tentara Amerika hengkang dari Pulau Mindanao yang terletak di sebelah Selatan.
"Sepertinya Duterte berusaha merealisasikan pernyataan terakhirnya terkait usaha untuk mengimplementasikan kebijakan luar negeri yang tidak terikat. Namun, masalahnya adalah harga yang harus dibayar, apa yang akan didapatkan oleh China sebagai imbalannya?” sebut Eduardo Tadem, seorang dosen dari University of Philipines seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (14/9/2016).
Pada Selasa (13/9/2016) Duterte mengatakan bahwa Filipina membutuhkan pesawat propeller yang bisa digunakan untuk menghadapi pemberontak dan teroris di Mindanao. Dia mengatakan ingin membeli senjata yang murah dan tidak mengikat serta transparan.
“Saya tidak butuh F-16, tidak ada gunanya bagi kami. Kami tidak memiliki niatan untuk berperang dengan negara manapun,” kata Duterte.