Kabar24.com,JAKARTA— Sebuah jajak pendapat nasional terbaru atas dua orang calon presiden Amerika mununjukkan Donlad Trump semakin tertinggal di belakang Hillary Clinton sepekan setelah berakhirnya konvensi partai demokrat dan Republik.
Hal ini juga terjadi seiring dengan semakin banyaknya tokoh Partai Republik yang menarik dukungan dari trump setelah tindakannya yang memicu sengketa dengan keluarga almarhum militer Muslim AS, keluarga Khan.
“Pergerakan ke arah Clinton terlihat signifikan pada minggu lalu. Pergerakan ini adalah efek pascakonvensi Clinton tetapi faktor terbesar adalah menurunnya popularitas Trump,” kata Ken Goldstein seorang profesor politik dari University of San Francisco yang juga merupakan analis poling, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/8/2016).
Pooling di Penssylvania yang dianggap sebagai barometer suara bagi Trump oleh ahli strateginya menunjukkan bahwa dia ketinggalan 11 poin dari Clinton. Dalam poling tersebut Clinton meraup 49% suara sementara Trump hanya berhasil menarik 38%. Survei tersebut diadakan oleh Franklin & Marshall College.
Dalam survei tersebut ditemukan bahwa popularitas Trump di kalangan kulit putih dan pemilih tanpa gelar sarjana menurun. Popularitasnya di kalangan pemilih non kulit putih juga terjun 69 poin.
“Mengingat fakta serangan Trump terhadap kaum Hispanik, hal ini akan sangat mempersulit dia untuk memenangkan banyak negara bagian lainnya seperti Colorado, Nevada, dan Florida. Begitu pula dengan Pennsylvania yang semakin penting bagi Trump,” kata Whit Ayres, seorang petugas jajak pendapat terkemuka dari Partai Republik.
Menurut Ayres tempat-tempat tersebut seharusnya menjadi lumbung suara bagi Trump. Namun, sejauh ini tidak satupun tempat tersebut menunjukkan kemenangan bagi Trump.