Kabar24.com, STOCKHOLM - Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengangkat ketua bersama Green Party Isabella Lovin sebagai wakilnya dalam perombakan kabinet jangka menengah yang bertujuan untuk memberikan energi baru bagi koalisi minoritas tersebut setelah serangkain skandal dan jatuhnya hasil polling.
Dalam dua tahun dari jangka pemerintahan empat tahun, kepercayan para pemilih semakin menipis akibat respons ragu-ragu partai tersebut terkait krisis suaka dan serangkaian kejanggalan yang dilakukan politisinya. Berdasarkan jajak pendapat, Lofven sendiri tidaklah populer.
“Ini berarti kami akan mampu menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti masalah sekolah, pekerjaan, lingkungan, dan pembangunan rumah … juga masa depan Uni Eropa dengan kekuatan baru,” ujar Lofven seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/5/2016).
Perombakan kabinet dilakukan setelah Wakil Perdana Menteri sebelumnya, Asa Romson, diganti sebagai pemimpin bersama Green Party dan setelah Menteri Perumahan sebelumnya, juga dari partai yang sama, dipaksa meletakkan jabatannya pada April.
Lovin harus menunjukkan kepada pendukung partai yang merasa tidak puas bahwa partai tersebut bisa menyusun agenda setelah kekalahan dalam menetapkan sejumlah kebijakan tinggi termasuk soal kebijakan pengaturan suaka yang lebih ketat.
Dia juga harus melalui sebuah tes dengan menunjukkan bahwa dia mampu menghentikan penjualan aset negara yakni tambang lignite (batu bara coklat) Vattenfall di Jerman ke EPH, perusahaan asal Ceko.
Partai Green mempertahankan menteri lingkungan dan Lofven juga menunjuk mantan pemimpin partai Peter Eriksson sebagai Menteri Perumahan.
Pembangunan rumah di Swedia dalam beberapa dekade terakhir dinilai sangat minim dengan populasi yang kian bertumbuh. Belum lagi, dengan masuknya 160.000 pencari suaka tahun lalu, angka backlog di negara tersebut meningkat ke level akut.
Suku bunga yang sangat rendah dan pengurangan pajak (tax break) memperparah penaikan harga rumah.
Pada Maret lalu Duta Besar Indonesia untuk Swedia, Bagas Hapsoro melakukan pertemuan dengan pejabat Kementerian Energi dan Lingkungan Hidup Swedia dalam rangka rangka Indonesian - Swedish Initiative for Sustainable Energy Solutions (INSISTS) Board of Management Meeting ke-5.
Seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, dalam pertemuan tersebut, Bagas menyebutkan bahwa sektor energi terbarukan merupakan salah satu bidang kerjasama yang sangat potensial dan saling menguntungkan bagi Indonesia dan Swedia.
Melalui dialog, diskusi kedua negara dapat mendorong terwujudnya kerjasama konkret dalam mengatasi permasalahan kekurangan energi listrik di tanah air serta berkontribusi pada upaya penanggulangan emisi CO2 dan perubahan iklim
Sekjen Dewan Energi Nasional Satry Nugraha dalam sambutannya pada pertemuan tersebut juga menegaskan bahwa kerjasama Indonesia-Swedia di bidang energi terbarukan telah berjalan cukup baik dalam kurun waktu 2 tahun terakhir sejak MoU INSISTS ditandatangani pada tahun 2013.
Dialog intensif dan evaluasi lebih lanjut atas pelaksanaan proyek kerjasama yang telah terlaksana akan lebih mendorong kerjasama konkrit antar kedua negara.