Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cabut Paspor La Nyalla, Kejaksaan Dinilai Langgar HAM Berat

Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Gerindra menilai apa yang dilakukan oleh kejaksaan dengan mencabut paspor La Nyalla Mattaliti merupakan bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia.
La Nyalla Mahmud Mattalitti La Nyalla kembali memenangkan sidang praperadilan. /pssi
La Nyalla Mahmud Mattalitti La Nyalla kembali memenangkan sidang praperadilan. /pssi

Kabar24.com, JAKARTA—Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Gerindra menilai apa yang dilakukan oleh kejaksaan dengan mencabut paspor La Nyalla Mattaliti merupakan bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia.

“Cabut paspor La Nyalla ini sudah melakukan pelanggaran HAM, masa seorang tersangka dan bukan terdakwa dicabut paspornya, PKI saja gak dicabut paspornya. Ini pelanggaran berat yang dilakukan Kemenkum HAM dan Kejaksaan Agung yang membuat hukum jadi dagelan,” ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Selasa (24/5/2016).

La Nyalla merupakan tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana hibah Kamar dagang dan industri (Kadin) Jawa Timur di Pengadilan Negeri Surabaya.

Namun untuk kesekian kalinya, La Nyalla kembali memenangkan sidang praperadilan tersebut.

Meski demikian Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang menetapkan La Nyalla sebagai tersangka tidak merasa putus asa dan tetap koordinasi dengan Kejaksaan Agung RI sehingga dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikian (Sprindik) baru.

Menanggapi hal tersebut, Fadli Zon menanggap bahwa dikeluarkannya Sprindik oleh kejaksaan merupakan bentuk intervensi dalam hukum.

“Dalam kasus La Nyalla itu harusnya kejaksaan tidak boleh melakukan intervensi dengan Sprinndik, itu kan pengadilan. Siapa yang mau menghormati pengadilan kalau kejaksaan sendiri tidak menghormati. Tiga kali keluarkan sprindik ini kan dagelan,” tukasnya.

Menurutnya, pemerintah harusnya menegur sikap kejakasaan tersebut.

“Harusnya dibebaskan saja sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan pengadilan. Jangan sampai hukum tidak ada kepastian, masa sampai tiga kali, ini saya kira Presiden juga harus menegur. Janga sampai ini dilakukan pembiaran apa yang dilakukan kejaksaan ini. Saya kira ini sudah betul-betul menginjak hukum,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper