Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Agama Lepas 5.000 Lampion Waisak

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Walubi Siti Hartati Murdaya mengawali pelepasan lampion Waisak 2560 BE/2016 di Candi Borobudur.
Ziarah Waisak Di Candi Borobudur Seorang biksu melakukan ziarah di Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Jumat (20/5/2016). Ziarah yang diikuti oleh para biksu dan umat Budha itu guna merefleksikan ajaran Sang Budha serta untuk menyambut Waisak 2560 BE/2016. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Ziarah Waisak Di Candi Borobudur Seorang biksu melakukan ziarah di Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Jumat (20/5/2016). Ziarah yang diikuti oleh para biksu dan umat Budha itu guna merefleksikan ajaran Sang Budha serta untuk menyambut Waisak 2560 BE/2016. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Kabar24.com, MAGELANG - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Walubi Siti Hartati Murdaya mengawali pelepasan lampion Waisak 2560 BE/2016 di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu malam (21/5/2016).

Pelepasan 5.000 lampion tersebut berlangsung di Lapangan Gunadharma kompleks Candi Borobudur usai Dharmasanti Waisak nasional di Taman Lumbini Candi Borobudur yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pelepasan lampion dilakukan sebagai simbol memberikan penerangan kepada alam semesta. Sebelum pelepasan lampion dibacakan parita-parita suci oleh umat Buddha. Kemudian penyalaan ribuan lilin dan doa permintaan umat Budha.

Bhikkhu Sri Panyavaro Mahathera dalam pesan Waisak menyampaikan cinta kasih tidak sekadar emosional tetapi cinta kasih itu tanggung jawab sebagai manusia untuk tidak mengganggu yang lain.

"Tidak berbuat buruk karena keburukan itu menghancurkan dirinya dan orang lain," katanya.

Dia juga mengingatkan bahwa pujangga buddhis Mpu Tantular dengan sangat bijak menerjemahkan cinta kasih itu menjadi ungkapan yang dikenal Bhinneka Tunggal Ika dengan menerima perbedaan, menghargai perbedaan dengan ketulusan hati.

Perbedaan itu tidak mungkin dilebur, dibuang begitu saja dijadikan satu, tetapi menerima dengan ketulusan hati karena di antara perbedaan itu hakikatnya adalah tunggal.

"Apakah yang tunggal itu. Kemanusiaan adalah universal, kebenaran yang hakiki adalah tunggal. Itulah yang membuat kita untuk menerima perbedaan, menghargai perbedaan dan ketulusan hati," katanya.

Ia menuturkan Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya dimulai 600 tahun sejak Mpu Tantular menulis di lontar Sotasoma, tetapi dengan yakin moral Binneka Tunggal Ika itu sudah menjadi darah daging jati diri nusantara ratusan tahun sebelum Mpu Tantular.

"Jadi tulah yang menjadi sifat dasar bangsa Indonesia hingga kini, kami ingin memberikkan moral Bhinneka Tunggal Ika kepada dunia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper