Kabar24.com, PALU - Santoso dan kelompoknya mendapat kesempatan untuk menyerahkan diri kepada pihak keamanan.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengimbau Santoso dan para pengikutnya yang sedang dikejar oleh Satgas Operasi Tinombala di Poso untuk menyerahkan diri agar tidak ada lagi pertumpahan darah di daerah itu.
"Seluruh anggota Satgas Operasi Tinombala sama sekali tidak bangga bila menembak mati para DPO pelaku teror, sebaliknya kami sangat prihatin," ujarnya kepada wartawan di Kota Palu, Selasa (17/5/2016), terkait tertembak matinya dua DPO kasus terorisme Poso pada Minggu (15/5/2016) sekitar pukul 14.30 WITA.
Rudy mengatakan bahwa hari ini, Selasa, ia telah mengeluarkan maklumat yang berisi imbauan penyerahan diri para pelaku tindak pidana terorisme di Poso.
"Kepada mereka yang telah ditetapkan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) tindak pidana terorisme diimbau segera menyerahkan diri ke aparat berwenaang (polisi dan TNI) untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku," ujar Kapolda.
Pelaku teror yang akan menyerahkan diri bisa menghubungi Kapolres Poso AKBP Ronni Suseno pada nomor telepon seluler 081333578965, Dantim Poso Letkol Inf. Ryan Hanandi (082292265197) dan Komandan Satgas-1 AKBP Kelana Jaya (081217592000).
Aparat keamanan berkomitmen kepada mereka yang menyerahkan diri untuk memperlakukan mereka secara manusiawi dan menjunjung tinggi HAM, memroses hukum sesuai azas-azas yang berlaku dan memerhatikan keluarganya selama dalam proses hukum.
"Menyerahkan diri lebih baik dibanding upaya paksa (penangkapan) karena upaya paksa berdampak pada tindakan tegas," ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa semua DPO yang telah menyerahkan diri kini diperlakukan secara manusiawi karena musuh aparat bukan orangnya, tetapi perbuatannya.
Kapolda Rudy Sufahriadi menyebutkan bahwa saat ini masih ada 23 orang DPO yang bersembunyi di hutan-hutan wilayah Poso, termasuk Santoso alias Abu Wardah yang menjadi pimpinan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur.
"Tidak ada anggota baru yang bergabung dengan mereka. Beberapa orang yang mencoba naik gunung untuk bergabung dengan Santoso berhasil kita tangkap," ungkapnya.
Sebelumnya, Kapolda Rudy Sufahriadi menyebutkan bahwa dalam kontak senjata dengan pengikut Santoso di Desa Pantangolemba, Kecamatan Poso Pesisir Selatan pada Minggu (15/5/2016), dua DPO kasus terorisme itu tertembak mati yakni Yazid alias Taufiq asal Jawa dan Firman alias aco alias Ikrima asal Desa Malino, Kabupaten Morowali Utara, Sulteng.
Jenazah kedua korban sedang dalam proses evakuasi dari hutan tempat kontak tembak terjadi ke RSU Bhayangkara Palu.
Evakuasi mengalami hambatan karena kondisi medan yang cukup berat dan hujan deras yang mengguyur kawasan itu.
Kedua korban memiliki peran sebagai pembuat bom.
Indikasinya adalah dari tas rangsel yang ditemukan di lokasi, terdapat lima buah bom lontong dan satu botol plastik serbuk mesiu untuk bahan membuat bom.