Bisnis.com, KEDIRI -- Minat investor China membangun kawasan wisata terpadu di Kota Kediri terganjal oleh keterbatasan lahan di kota itu.
Kawasan wisata semacam Jatim Park atau Trans Studio itu membutuhkan lahan 5 hektare, yang sayangnya sulit dipenuhi oleh Kota Kediri dengan luas hanya 14,9 km2.
Niat investor China itu sempat dikemukakan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Kediri Solihin beberapa waktu lalu. Keterangan itu dibenarkan oleh Badan Penanaman Modal Kota Kediri saat ditemui oleh Bisnis, Jumat (15/4/2016).
BPM mengaku tengah mencarikan lahan kendati tidak mudah karena kota dengan tiga kecamatan itu sudah padat dengan bangunan permukiman maupun perkantoran.
Kepala Bidang Pelayanan dan Perizinan BPM Kota Kediri Hardyanto Heru Cahyono mengatakan lahan seluas itu sebenarnya tersedia, tetapi milik warga. Dengan demikian, perlu waktu untuk membebaskan lahan.
Pemkot juga memiliki aset tanah seluas itu. Sayangnya, lahan tersebut berada di tengah permukiman penduduk yang dapat menyulitkan akses keluar-masuk.
"Kemarin ditawari di Gayam (Kelurahan Gayam, Kecamatan Mojoroto) juga, tetapi terlalu jauh dengan akses jalan utama," kata Hardyanto.
Pemkot hingga kini masih 'memutar otak' untuk mendapatkan lokasi yang pas. Hardyanto mengaku BPM bersama Wali Kota terus melakukan rapat untuk memecahkan persoalan ini.
Kepala Bidang Promosi BPM Wahyu Hanna mengatakan kawasan wisata terpadu sesungguhnya dapat menjadi proyek showcase. Di samping penanaman modal asing (PMA) pertama di Kota Kediri, proyek itu bisa menunjukkan kepada publik bahwa Kota Kediri mampu mengundang investasi besar di tengah keterbatasan lahan.
Kendati calon investor belum mengestimasi nilai investasi, Pemkot meyakini fasilitas pariwisata modern itu akan mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi karena bakal menarik warga kabupaten sekitar berkunjung.
"Meskipun demikian, harapannya (keberadaan pariwisata modern) tidak meninggalkan budaya yang ada di situ. Kami juga harus mengajak bicara masyarakat sekitar dulu," kata Hanna.