Kabar24.com, JAKARTA -- Greenpeace Indonesia meminta publik dapat mengawasi bencana kebakaran berulang dengan menggunakan peta interaktif para pemegang konsesi lahan dan hutan di Indonesia.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Teguh Surya menuturkan pihaknya meluncurkan peta interaktif itu untuk memberikan keleluasaan bagi masyarakat luas terkait informasi rinci soal konsesi perusahaan. Hal itu, sambungnya, berkaitan dengan hubungannya pada pada lahan gambut, titik pai dan peringatan deforestasi.
"Greenpeace membuka informasi ini untuk memacu perkembangan Satu Peta yang tersendat, dan agar publik dapat turut membantu mencegah bencana kebakaran berulang, dengan memantau titik-titik api pada hutan dan gambut," kata Teguh dalam rilis yang dikutip Bisnis.com, Minggu (20/3/2016).
Dia menuturkan agenda Satu Peta (One Map) yang merupakan kebutuhan sangat mendesak, belum rampung juga hingga kini. Padahal, sambungnya, bencana asap sudah muncul kembali di Kalimantan Timur dan Riau yang telah memberlakukan siaga darurat kabut asap.
Penasihat hukum kebijakan publik, Bambang Widjojanto menuturkan peta itu berguna untuk mendapatkan informasi yakni melihat dari siapa saja hak atas hutan itu dialihkan dan kepada siapa saja diberikan. Menurutnya, peta itu akan membantu untuk mencegah kerugian sumber daya negara yang timbul dalam korupsi konsesi dan meningkatkan kepatuhan dalam tata kelola lahan.
Peta interaktif ini dirancang menggunakan teknologi open source dari Global Forest Watch, dan pertama kalinya menyediakan kumpulan data komprehensif dari perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan pengusahaan kayu alam, serta izin pertambangan batubara.
Greenpeace telah mengumpulkan data konsesi dari berbagai sumber, termasuk peta dalam bentuk cetak dan PDF, kemudian didigitalisasi menjadi peta digital yang dapat digunakan dalam analisis geospasial.