Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUGAAN KARTEL PANGAN: KPPU Endus Ada Mafia Beras Mainkan Harga

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengaku tengah menginvestigasi dugaan praktik kartel pada komoditas beras guna mencegah permainan harga pangan inti tersebut.
Pedagang menyortir beras sebelum didistribusikan di Pasar Induk Cipinang Jakarta. /Bisnis-Dwi Prasetya
Pedagang menyortir beras sebelum didistribusikan di Pasar Induk Cipinang Jakarta. /Bisnis-Dwi Prasetya

 

Bisnis.com, BANDUNG - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengaku tengah menginvestigasi dugaan praktik kartel pada komoditas beras guna mencegah permainan harga pangan inti tersebut.

Ketua KPPU Syarkawi Rauf menyatakan pada akhir 2015 pihaknya telah melakukan kajian ke sejumlah daerah yang menjadi sentra beras di Indonesia, dan ditemukan fakta menarik di Pasar Cipinang, Jakarta.

"Waktu itu ada stok beras medium agak berkurang. Tapi, anehnya di Karawang justru melimpah. Ini kenapa bisa seperti itu polanya?," katanya kepada Bisnis, Selasa (1/3/2016).

Pihaknya menduga ada oknum pedagang di pasar tersebut yang sengaja menghambat masuknya besar lokal, karena ingin mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar dari beras impor yang keuntungannya lebih tinggi.

Di samping itu, pedagang yang selama ini berteriak-teriak saat pemerintah menghentikan impor beras adalah pedagang di Pasar Cipinang. Adapun pedagang daerah lainnya tidak seperti itu.

"Februari tahun ini persediaan beras kualitas medium cukup banyak. Bahkan dibandingkan Februari 2015 meningkat 120%. Artinya, ada pedagang besar sejak Oktober 2015 membeli beras dari sentra produksinya, kemudian disimpan agar harganya naik pada Februari ini.

Berdasarkan perhitungan KPPU, awal tahun merupakan masa paceklik sehingga pedagang menimbun beras sejak tiga bulan lalu dan telah berencana untuk melepas beras pada awal tahun ini yang dikira harganya akan tinggi.

"Ternyata prediksi itu salah, karena sejumlah daerah mulai panen dan sekarang mereka mau tidak mau harus menjualnya. Kami akan terus dalami temuan ini," tegasnya.

Sementara itu, Ketua HKTI Jabar Entang Sastraatmadja menilai mafia beras bisa saja terjadi pada komoditas apapun, tetapi pemerintah harus bisa memastikan petani bisa menikmati keuntungan di saat harga tinggi.

"Pemerintah mengatur dan mengawasi ketat tata niaga beras agar petani yang menanam tidak terus-menerus dirugikan seperti selama ini."

Dihubungi terpisah, Kepala BPS Jabar Bachdi Ruswana mengatakan pada Februari 2016 harga rata-rata gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp5.386/kg, atau naik 0,19% dibandingkan dengan Januari Rp5.376/kg.

"Sementara untuk harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani turun 0,48% dari Rp5.951/kg menjadi Rp5.922/kg," ujarnya.

Demikian juga gabah kualitas rendah turun 1,82% dari Rp4.221/kg menjadi Rp4.144/kg. Adapun, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan Rp9.895/kg atau naik 1,33% dibandingkan Januari Rp9.765/kg.

Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahannya (broken), harga beras premium naik 2,60% dari Rp9.978/kg,75 per kilogram menjadi Rp10.238,33 per kilogranm, beras medium naik 0,36% dari Rp9.643/kg menjadi Rp 9.678/kg. "Demikian juga beras kualitas rendah naik 1,04% dari Rp9.314/kg menjadi Rp9.411/kg," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper