Kabar24.com, KARANGASEM - Bisa jadi ini bukan hal yang lazim dilakukan di Indonesia.
Dirut PT TWBI bersumpah di Pura Besakih untuk menunjukkan kesungguhan tidak akan merusak kawasan Teluk Benoa terkait revitalisasi di wilayah tersebut.
Heru B. Wasesa, Direktur Utama PT Tirta Wahana Bali Internasional atau TWBI, mengatakan akan merevitalisasi Teluk Benoa dengan cara yang benar dan baik, memperhatikan adat budaya, memperhatikan lingkungan, dan terutama untuk mensejahterakan masyarakat Bali.
“Ini bukan rekomendasi, tapi memang sudah niat kami dari awal. Ini juga menjawab keragu-raguan masyarakat bahwa kami akan merusak lingkungan, akan memarginalkan masyarakat, akan melanggar adat budaya, dan inilah jawabannya kami akan bersaksi serta bersumpah bahwa ke depan itu semua tidak akan terjadi,” ujarnya, sebelum melakukan prosesi sumpah di Pura Besakih, Senin (22/2/2016).
Sumpah tersebut sekaligus menjawab tantangan sejumlah pihak bahwa revitalisasi Teluk Benoa bertujuan baik.
Dalam diskusi amdal di Gedung Wiswa Sabha, Denpasar, tempo hari, sejumlah pihak meminta TWBI untuk menunjukkan niat tulusnya dengan bersumpah di Pura Besakih.
Dia menambahkan sekarang ini pihaknya masih melakukan penyempurnaan analisis dampak lingkungan (amdal) rencana kegiatan revitalisasi Teluk Benoa yang sudah sekitar 80% - 90%, dan tinggal menunggu keputusan pemerintah pusat.
“Untuk penyempurnaan amdal, seharusnya akhir bulan ini sudah selesai, dan pemerintah memberikan waktu 30 hari setelah sidang amdal pada 29 Januari 2016 lalu,” jelasnya.
Menurutnya, sejak dari awal pihaknya ingin benar-benar membuktikan kepada masyarakat dengan bersumpah.
“Kami sudah mengikuti koridor hukum, amdal pun kami ikuti, dan keraguan mereka bisa dijawab dengan sebuah janji. Janji ada dua, yaitu, dengan manusia yang diformalkan, dan janji dengan Yang Di Atas melalui Pura Besakih ini sebagai bentuk jawaban imbauan pada saat sidang amdal waktu itu dan ini memang niat kami. Kami pun siap jika harus diformalkan,” paparnya.
I Gusti Ngurah Gede Pinatih, Mantan Prajuru Adat Sidemen Karangasem, mengatakan dari sisi agama Hindu dan masyarakat adat mendukung sekali upacara tersebut.
“Kami dari tokoh adat juga mendukung dengan tidak meninggalkan budaya. Yang penting budaya Bali itu masih tetap lestari dan saya pribadi jelas mendukung karena untuk perkembangan ekonomi dengan tidak menghilangkan nilai-nilai budaya Bali. Selain itu janji ini juga perlu sekali ditepati terus oleh mereka ke depannya karena jika tidak ditepati nanti akan mendapat hasil dari perbuatan kita yang berat sekali,” ujarnya.
I Ketut Wiana, Ketua Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, menuturkan jika membaca berdasarkan data di Gubernur Bali, daerah tersebut akan dilestarikan.
“Yang kami baca adalah yang kotor-kotor nanti dibersihkan dan itu yang saya baca serta dianalisis oleh tim amdal. Saya pun membaca dan menganalisis bahwa tidak ada yang akan menimbun ratusan hektar,” ujarnya.
Dia menyatakan yang penting kawasan suci dan alam di sana dilestarikan serta setelah lestari untuk apa adalah milik negara, sepanjang negara mengurusnya sesuai dengan hukum yang berlaku.